Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Analis pasar modal menilai bahwa kombinasi sentimen negatif yang datang dari dalam negeri dan eksternal menjadi salah atau faktor yang memicu aksi jual saham oleh investor asing.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih mengatakan, kebijakan ekonomi dari Presiden AS Donald Trump yang belum jelas perinciannya membuat investor asing berhati-hati menempatkan dana investasinya di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Kebijakan Trump belum jelas, ketidakpastian itu tidak disukai, itu menjadi sentimen negatif sehingga dana cenderung keluar," ujarnya, Jumat (24/2).
Di sisi lain, lanjut dia, belum adanya kepastian kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga turut mempengaruhi kebijakan investasi asing di pasar berisiko seperti saham.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2017 menyusul masih rendahnya belanja pemerintah menambah sentimen negatif bagi psikologis investor asing.
"Sentimen-sentimen yang cenderung negatif ittu membuat investor asing mencari aman. Namun, diperkirakan dana asing yang keluar itu merupakan 'hot money' yang sifatnya jangka pendek. Dana jangka panjang masih di dalam negeri," katanya.
Analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa pola investasi asing yang cenderung keluar dari pasar saham domestik itu juga seiring dengan potensi inflasi yang meningkat. Diproyeksikan inflasi Februari mencapai 4 % secara tahunan.
"Inflasi yang tinggi dikhawatirkan menurunkan kemampuan konsumsi masyarakat yang akhirnya dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Itu juga menjadi salah satu dasar kenapa asing cenderung keluar," katanya.
Berdasarkan data BEI, sejak awal tahun hingga 24 Februari 2017 ini investor asing membukukan jual bersih atau "foreign net sell" sebesar Rp1,359 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News