Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten penerbangan pada kuartal pertama tahun ini masih memble. PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) belum lepas dari kerugian.
Laporan keuangan CMPP di kuartal I-2018 lalu mencatat kerugian pemilik maskapai AirAsia ini sebesar Rp 218,66 miliar. Rugi bersih tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun lalu, yang hanya Rp 111,96 miliar.
CMPP merugi lantaran pendapatan usaha turun 4,55% menjadi Rp 843,83 miliar. Di sisi lain, beban usaha justru naik 11,02% menjadi Rp 1,12 triliun. Akibatnya, rugi usaha membengkak 123,8% menjadi Rp 273,14 miliar.
Maskapai pelat merah, GIAA juga masih membukukan rugi bersih sebesar US$ 64,3 juta pada periode Januari-Maret 2018. Namun, kerugian mengecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar US$ 101,2 juta.
Performa GIAA sedikit lebih baik, karena pendapatannya pada kuartal pertama meningkat 7,9% year on year (yoy) menjadi US$ 983 juta.
Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengungkapkan, tingkat okupansi maskapai saat libur lebaran juga tidak signifikan memengaruhi kinerja CMPP dan GIAA. "Hal ini disebabkan ketatnya persaingan dan kenaikan harga bahan bakar yang banyak menggerus pendapatan bisnis penerbangan," jelas dia, Senin (16/7).
Berdasarkan laporan kinerja AirAsia Group Berhad, CMPP mencatat peningkatan kapasitas sebesar 1% yoy menjadi 1,39 juta pada kuartal I-2018. Namun, jumlah keterisian penumpang malah turun 2% yoy menjadi 1,12 juta, karena efek aktivitas Gunung Agung di Bali.
Sedangkan, harga bahan bakar pesawat melonjak 21% yoy. Ini menyumbang sekitar 50% peningkatan beban usaha CMPP pada kuartal I-2018.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menjelaskan, GIAA sejauh ini masih terkendala masalah utang dan rute penerbangan yang kurang efisien. "Hal ini bisa dilihat dari market share pada kuartal I-2018 untuk rute domestik dan internasional yang turun masing-masing 2,9% dan 2,1%," jelas dia.
Masih ada peluang
William menilai perhelatan Asian Games bisa menjadi momentum yang bagus bagi CMPP dan GIAA. Penetrasi pendapatan dari hajatan Asian Games bisa berdampak signifikan, karena frekuensi penerbangan, khususnya rute Jakarta-Palembang, akan semakin tinggi.
Namun, dia bilang, keberhasilan tetap bergantung pada efisiensi operasional kedua emiten ini. "Kalau emiten tidak efisien dalam operasi perusahaan, apalagi ketika beban bahan bakar masih tinggi, maka event Asian Games tidak akan berdampak pada kinerja," kata William.
Aditya sependapat, Asian Games berpeluang memoles kinerja GIAA dan CMPP, meski tidak signifikan. Menurut dia, yang terpenting maskapai harus mampu memecahkan persoalan bahan bakar yang porsinya 30% terhadap biaya operasional.
"Kalau GIAA bisa mendapat subsidi di bahan bakar, maka biaya operasional bisa dipakai untuk membantu meningkatkan operating margin di semester II," papar Aditya.
Ia menilai, kebijakan Garuda menutup rute yang tidak efisien merupakan langkah positif. Strategi ini perlu dipertahankan dan dilakukan evaluasi rute secara berkala.
William menyarankan investor wait and see saham GIAA dan CMPP, sembari menunggu hasil kinerja kuartal III tahun ini.
Aditya menargetkan saham CMPP hingga akhir tahun ini di level Rp 310 per saham. Sedangkan, target harga GIAA Rp 260 per saham.
Senin (16/7), saham CMPP ditutup naik 0,73% ke Rp 276 per saham. Sementara saham GIAA terkoreksi 1,69% menjadi Rp 232 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News