Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mulai menghangat. Rabu (24/7) pukul 7.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,58% ke US$ 57,10 per barel.
Harga minyak WTI ini naik dalam empat hari perdagangan berturut-turut sejak Jumat lalu. Dalam empat hari, harga minyak naik 3,03%.
Harga minyak brent untuk pengiriman September 2019 di ICE Futures pun pagi ini menguat. Harga minyak brent berada di US$ 64,19 per barel, menguat 0,56% ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 63,83 per barel. Harga minyak acuan internasional ini pun naik dalam empat hari perdagangan berturut-turut dengan akumulasi 3,65%.
Ketegangan Iran menjadi penyulut kenaikan harga minyak sejak akhir pekan lalu. Tensi makin panas setelah Selasa malam US Central Command mengatakan Amerika Serikat (AS) kemungkinan menembak drone kedua Iran di Selat Hormuz pekan lalu.
AS mengatakan bahwa kapal Angkatan Laut AS menghancurkan drone setelah mengancam kapal minyak. "Kami yakin telah menembak satu drone, kemungkinan kami menembak drone kedua," ungkap Jenderal Kenneth McKenzie kepada CBS News.
Tapi, Iran mengatakan tidak ada informasi soal hilangnya pesawat nirawak.
Kenaikan tensi geopolitik saat ini lebih terasa ketimbang penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF. "Pasar minyak selalu gelisah ketika ada sesuatu yang terjadi di Teluk Persia yang melibatkan penembakan peralatan," kata Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Lipow mengatakan, peristiwa di Teluk Persia menimbulkan kekhawatiran bahwa tensi akan makin panas. "Hal ini memicu kekhawatiran akan adanya gangguan pasokan yang signifikan," imbuh dia.
Ketegangan Iran berawal ketika AS menutup pasar ekspor Iran dengan mengenakan sanksi bagi pihak-pihak yang membeli minyak dari Iran. Pekan ini, AS mengenakan sanksi pada perusahaan pelat merah China, Zhuhai Zhenrong Co Ltd karena tuduhan melanggar larangan pembelian minyak dari Iran.
Dari AS, American Petroleum Institute mengatakan bahwa persediaan minyak mentah pekan lalu turun lebih besar daripada prediksi. Stok minyak mentah turun 11 juta barel menjadi 449 juta. Prediksi menyebut bahwa persediaan minyak mentah hanya akan turun 4 juta barel.
"Laporan ini mengangkat harga minyak meski ada kekhawatiran pertumbuhan pasokan minyak AS," kata Bill Baruch, PresidentBlue Line Futures LLC kepada Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News