kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.478.000   -4.000   -0,27%
  • USD/IDR 15.685   -195,00   -1,26%
  • IDX 7.504   8,04   0,11%
  • KOMPAS100 1.166   4,61   0,40%
  • LQ45 927   -2,36   -0,25%
  • ISSI 227   1,87   0,83%
  • IDX30 478   -1,88   -0,39%
  • IDXHIDIV20 574   -2,08   -0,36%
  • IDX80 133   0,26   0,20%
  • IDXV30 142   0,64   0,46%
  • IDXQ30 160   -0,33   -0,20%

AS Dibayangi Resesi, Rupiah Diramal Bisa ke Rp 15.500 di Akhir 2024


Selasa, 06 Agustus 2024 / 16:57 WIB
AS Dibayangi Resesi, Rupiah Diramal Bisa ke Rp 15.500 di Akhir 2024
ILUSTRASI. Kurs rupiah menguat di tengah kekhawatiran resesi ekonomi Paman Sam telah menjatuhkan posisi dolar Amerika Serikat (AS).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kurs rupiah menguat di tengah kekhawatiran resesi ekonomi Paman Sam telah menjatuhkan posisi dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang garuda diproyeksi bakal terus tangguh karena periode penurunan suku bunga global kian dekat.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memandang, kondisi kejatuhan pasar ini disebabkan data tenaga kerja AS yang terus melemah, mengindikasikan bahwa perekonomian AS kemungkinan besar akan melambat. Sehingga, terjadilah aksi ambil untung (profit taking) terhadap perusahaan-perusahaan teknologi.

Ibrahim menyebutkan, posisi saham-saham teknologi itu luar biasa di negara maju. Oleh karena itu, pada saat saham perusahaan teknologi mengalami penurunan tajam, maka ramai terjadi aksi jual.

Kejatuhan pasar di awal pekan ini sedikit banyak dipengaruhi pula perekonomian Tiongkok, setelah pembacaan yang suram pada sektor manufaktur minggu lalu. Di samping itu, banyak yang menjual saham-saham teknologi karena kepanikan pasar dari ramalan pecahnya perang dunia ketiga bakal terjadi pada 5 Agutus 2024.

Namun demikian, rupiah tetap tangguh di tengah merosotnya pasar saham domestik. Hal itu menyusul data tenaga kerja AS menunjukkan tingkat pengangguran melonjak, sehingga ekspektasi untuk penurunan suku bunga pun meningkat.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 16.165 Per Dolar AS Pada Hari Ini (6/8)

Mengutip Bloomberg, Senin (5/8) rupiah di pasar spot naik 0,07% atau Rp 11 ke Rp 16.189 per dolar AS, di saat IHSG turun lebih dari 3,40% ke level 7.059,65. Per Selasa (6/8), rupiah spot melanjutkan apresiasi sekitar 0,15% ke level Rp 16.164 per dolar AS, sementara IHSG menghijau 0,99% ke level 7.129,22.

“Penurunan suku bunga Fed bukan lagi 25 bps tetapi kemungkinan besar 50 bps di bulan September. Ini yang membuat dolar melemah cukup tajam, kemudian saham-saham teknologi, harga minyak dan lain-lain itu juga ikut turun,” jelas Ibrahim kepada Kontan.co.id. Selasa (6/8).

Laporan Non Farm Payroll (NFP) bulanan AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan turun menjadi 114.000 pada Juli dari 179.000 pada Juni. Sementara itu, tingkat pengangguran AS naik menjadi 4,3% pada Juli yang menunjukan kerentanan terhadap resesi.

Ibrahim menuturkan, data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, bersama dengan laporan laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi besar dan meningkatnya kekhawatiran atas ekonomi Tiongkok, telah memicu aksi jual global pada saham, minyak, dan mata uang berimbal hasil tinggi dalam seminggu terakhir karena investor mencari keamanan uang tunai.

Aksi jual berlanjut pada awal pekan ini dengan imbal hasil Treasury AS turun lebih jauh, indeks saham di zona merah, dan dolar melemah. Imbal hasil obligasi telah turun tajam sejak minggu lalu, ketika Fed mempertahankan suku bunga kebijakan dalam kisaran 5,25% hingga 5,50%, serta membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.

“Berdasarkan jajak pendapat, para ekonom meyakini 100% bahwa di bulan September The Fed akan menurunkan suku bunga 50 basis poin.  Itulah yang membuat mata uang rupiah kembali menguat. Bahkan besok juga kemungkinan besar masih akan kuat,” ujar Ibrahim.

Dari dalam negeri, Ibrahim melihat, rupiah tetap tangguh walaupun terdapat rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua 2024. Meski adanya perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi masih di atas ekspektasi 5%.

Pada Senin (5/8), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuatal II 2024 tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,17%yoy  dan melambat dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 5,11% qoq.

Menurut Ibrahim, rupiah akan didukung sentimen penurunan suku bunga global hingga sisa tahun ini. Dengan demikian, kemungkinan rupiah dapat menguat hingga ke level Rp 15.500 per dolar AS di akhir 2024.

Spekulasi penurunan suku bunga Fed meningkat jadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin di September 2024. Bank sentral AS juga diperkirakan masih berpeluang pangkas suku bunga di pertemuan sisa akhir tahun ini.

Baca Juga: Pemerintah Mulai Antisipasi Dampak Ancaman Resesi AS ke Indonesia

Selain itu, bank sentral global lainnya seperti Bank Sentral Eropa (ECB), Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Swiss (SNB) dan juga Bank Sentral Australia (RBA) juga mengarah pada penurunan suku bunga. Dan tentunya Bank Indonesia (BI) kemungkinan pula akan mengikuti pemangkasan suku bunga acuan di akhir tahun ini.

“Kita harus lihat dulu apakah 25 bps atau 50 bps pemangkasan suku bunga fed di bulan September. Tetapi ekonom percaya karena kondisi melambatnya ekonomi Amerika, bank sentral kemungkinan akan turunkan 50 bps. Itu kunci yang akan membuat dolar melemah dan rupiah menguat,” imbuh Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×