kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ARTO, INDY, BRIS Masuk Indeks LQ45, Mana yang Menarik?


Selasa, 26 Juli 2022 / 16:29 WIB
ARTO, INDY, BRIS Masuk Indeks LQ45, Mana yang Menarik?
ILUSTRASI. Karyawan mengamati layar monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jumat (16/10). ARTO, INDY, BRIS masuk Indeks LQ45, analis beri rekomendasi saham./pho KONTAN/Carolus Agus waluyo/16/10/2020.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengocok ulang komposisi saham dalam indeks LQ45 untuk periode Agustus 2022-Januari 2023. Dalam evaluasi mayor yang dilakukan, ada pergantian tiga saham pada indeks paling likuid di pasar modal Indonesia ini.

Tiga saham baru yang bergabung dalam indeks LQ45 meliputi  PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya memandang, masuknya ketiga saham tersebut ke dalam indeks LQ45 akan menjadi sentimen positif. Hal ini terlihat dari perdagangan hari ini (26/7), dimana saham-saham tersebut mengalami kenaikan.

Saham BRIS terpantau naik 2,83% ke level Rp 1.365 dan saham INDY naik 2,39% ke level Rp 2.570. Bahkan, saham ARTO naik 6,12% ke level Rp 10.400.

Baca Juga: Penjualan Komatsu Solid, Begini Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR)

Diantara ketiga saham yang baru masuk tersebut, Cheryl merekomendasikan INDY sebagai pilihan. Hal ini karena  kinerja INDY ditopang oleh harga komoditas batubara yang kembali naik pasca gangguan supply gas dari Rusia ke Uni Eropa.

“Selain itu juga earning kuartal kedua diperkirakan akan meningkat karena tidak ada pembatasan ekspor batubara lagi,” terang Cheryl kepada Kontan.co.id, Selasa (26/7)

Sebagai gambaran, per kuartal pertama 2022, INDY berhasil meraih laba bersih US$ 75,04 juta. Raihan laba ini membalik kondisi dari rugi bersih US$ 9,36 juta pada kuartal pertama 2021. Cheryl merekomendasikan beli saham INDY dengan target harga Rp 2.720.

Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi merekomendasikan beli saham ARTO dengan target harga Rp 15.700. Rekomendasi ini diperoleh menggunakan metode Nilai Umur Pelanggan atau Customer Lifetime Value (CLV), dengan asumsi adanya 12 juta pelanggan pada akhir 2023.

MNC Sekuritas menyesuaikan perkiraan terhadap loan yield di angka 16,8% dari sebelumnya 15,0%, cost of funds (CoF) sebesar 3,3% dari sebelumnya 5,0%, credit cost sebesar 3,0% dari sebelumnya 2,5%,  dan biaya operasional terhadap pendapatan sebesar 45,0% dari sebelumnya 35,0%.

Risiko utama terhadap saham ARTO meliputi kualitas aset yang memburuk, pelaksanaan integrasi ekosistem yang lebih lambat, serta biaya investasi infrastruktur operasional dan teknologi yang lebih tinggi.

Sebagai gambaran, pada kuartal II-2022, ARTO membukukan raihan laba sebesar Rp 29 miliar. Jika menghitung laba pada kuartal kedua sendiri, ARTO hanya membukukan laba Rp 10 miliar.  Hasil ini meleset dari ekspektasi Tirta karena melonjaknya biaya pencadangan seiring dengan penurunan kualitas aset.

Baca Juga: Dinilai Prospektif, Ini Rekomendasi Saham Emiten Kawasan Industri Jagoan Analis

Non performing loans (NPL) bruto ARTO meningkat 120 basis points (bps) secara kuartalan menjadi 2,7%. Lonjakan NPL sebagian besar didorong oleh bisnis syariahnya. 

“Namun, meskipun kualitas aset melemah di kuartal kedua 2022, NPL Bank Jago masih jauh lebih rendah dari rata-rata industri sebesar 3,0%,” terang Tirta, Selasa (26/7).

MNC Sekuritas berekspektasi adanya pertumbuhan pinjaman secara majemuk atau compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 191% selama 2020-2023. Pertumbuhan ini didorong oleh dua hal. Pertama, ekosistem digital yang lebih terintegrasi dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Kedua, potensi kemitraan dengan PT BFI Finance Tbk (BFIN).

“Ketika bank digital terus berkembang, kami juga melihat jalur yang jelas untuk membangun ekosistem yang lebih terintegrasi dengan GOTO,” sambung Tirta. 

Untuk saham BRIS, Analis Panin Sekuritas Christian Anderson Yuwono menilai, saham ini berada dalam fase uptrend. Investor bisa manfaatkan hal ini untuk buy on weakness (BOW). Masuknya anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ke dalam konstituen indeks  LQ45 juga merupakan katalis positif yang bisa membuat saham BRIS semakin atraktif.

“Secara likuiditas juga akan lebih menarik karena akan lebih sering diperdagangkan,” terang Anderson, Selasa (26/7).

Nasib PTPP, GGRM, TKIM

Di sisi lain, BEI juga mengeluarkan tiga saham dari indeks LQ45 yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Secara teknikal, Anderson menilai saham PTPP masih cenderung bergerak sideways.

Baca Juga: Catat Kinerja Positif pada Semester I, Simak Rekomendasi Saham AKRA dari Analis

Saham GGRM  dinilai belum memiliki tanda-tanda pembalikan bullish reversal. Sebaiknya, investor melakukan wait and see sampai ada konfirmasi reversal. Sementara untuk saham TKIM, secara jangka Panjang masih dalam fase downtrend, sedangkan dalam jangka pendek masih sideways.

Sedangkan menurut Cheryl, saham yang keluar dari daftar Indeks LQ45 akan  mendapat sentimen negatif, yang tercermin dari penurunan harganya hari ini. Sentimen ini bisa berpengaruh dalam jangka waktu pendek dan menengah.

“Namun saat ada sentimen positif yang mendongkrak saham-saham tersebut, maka berpotensi naik,” pungkas dia.

Sebagai gambaran, pada perdagangan hari ini saham GGRM melemah 1,62%  ke level Rp 28.925, saham PTPP melemah 1,61% ke level Rp 915, dan saham TKIM melemah 1,17% ke level Rp 6.325. Ketiga saham ini juga kompak terkoreksi sejak awal tahun alias year-to-date (ytd). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×