kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arthavest (ARTA) kejar diversifikasi bisnis 50% pada 2020


Rabu, 09 Januari 2019 / 20:41 WIB
Arthavest (ARTA) kejar diversifikasi bisnis 50% pada 2020


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Arthavest Tbk (ARTA) menargetkan pada 2020 diversifikasi bisnis industri jasa keuanganya bisa berkontribusi 50% terhadap pendapatan. Saat ini sumber pendapatan emiten tersebut berasal dari bisnis perhotelan.

PT Sentral Pembayaran Indonesia (SPIN) anak usaha ARTA berencana fokus dorong diversifikasi portofolio, khususnya dalam hal digital signature. SPIN sendiri memiliki anak usaha yang fokus bergerak di industri digital signature yakni PT Solusi Net Internusa (SNI).

"Karena SNI hadir di 2018, jadi saat ini belum ada kontribusinya ke pendapatan kami, mungkin baru kelihatan di 2020. Harapannya sebisa mungkin share (bisnis industri keuangan ke pendapatan) bisa lebih besar dari 50%," kata Direktur Utama ARTA Yeremy Vincentius, Rabu (9/1).

Rencana diversifikasi portofolio sendiri, sudah mulai pertimbangkan emiten itu sejak 2016. Ini karena, pertumbuhan bisnis hotel mulai memasuki fase jenuh, khususnya di kawasan Jakarta.

Sumber pendapatan ARTA saat ini, hampir 100% mengandalkan bisnis dari anak usahanya yakni PT Sanggraha Dhika yang mengelola bisnis perhotelan. Sanggraha hanya mengelola satu hotel di daerah pecenongan, yakni Redtop Hotel.

Berkaca dari kondisi tersebut, ARTA memutuskan untuk tidak hanya mengandalkan pendapatan dari industri perhotelan. Tahun ini, perusahaan itu akan fokus menggenjot industri finansial hingga 3 sampai 4 tahun ke depan.

"Kami akan tetap pegang industri hotel, tapi kami berharap punya beberapa industri yang kita investasikan agar saling menyeimbangkan dan berujung pada bisnis yang solid," jelasnya.

Untuk itu, ke depannya ARTA melalui SNI akan terus menggenjot bisnis digital signature. Salah satu yang tengah digarap tahun ini, yakni pengembangan mekanisme untuk memverifikasi sumber identitas data blokchain.

"Jadi seperti pengamanan indentitas, kita bisa identify siapa yang bisa masukkan data ke blokchain, dan pengembangannya tidak menutup kemungkinan untuk bisa berubah dan bertambah," ungkapnya.

Namun, untuk tahun ini ARTA masih akan mengandalkan pertumbuhan pendapatan dari kinerja Redtop Hotel. Di mana pendapatan diprediksi bisa tumbuh 15% hingga 20% dari capaian tahun lalu.

Sebagai gambaran, dalam sembilan bulan pertama 2018 ARTA masih membukukan kenaikan laba komprehensif perusahaan sebesar 44,04% atau sebanyak Rp 5,89 miliar dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 4,09 miliar. Sedangkan untuk pendapatan usaha, emiten itu bukukan kenaikan tipis yakni 2% menjadi Rp 61,71 miliar.

"Meskipun laba kecil, tapi ebitda kita besar, sekitar Rp 20 miliar dalam setahun dan kinerja 2018 sejauh ini masih on track," jelasnya.

Tahun ini ARTA fokus memaintain portofolio, dan mengharapkan pendapatan dari pertumbuhan tingkat hunian dan kenaikan harga hotel. Perusahaan itu juga terus tekankan efisiensi di 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×