Sumber: Reuters | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - LONDON. Arab Saudi mengatakan tidak bakal memberlakukan embargo minyak, seperti tahun 1973 terhadap konsumen barat. Saudi juga menegaskan, akan memisahkan persoalan minyak dengan politik, di tengah memanasnya tudingan terhadap Saudi atas terbunuhnya jurnalis Saudi berkebangsaan AS, Jamal Khashoggi.
"Kami tidak ada niat seperti itu," kata Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, ketika ditanya mengenai kemungkinan mengulang embargo tahun 1973.
Saudi akhirnya, kemarin, Minggu (21/10) mengakui terbunuhnya Khashoggi di Konsulat Saudi di Turki pada 2 Oktober dan ada perkelahian. Tetapi, Saudi menegaskan tak tahu penyebab kematian Khashoggi, di mana jasadnya, serta menegaskan Putra Mahkota Mohammad bin Salman tak terlibat dalam kasus ini.
Sementara itu, tudingan pada Mohammad bin Salman masih kencang dari publik. Termasuk dari Presiden AS Donald Trump yang mengaku tak puas dengan jawaban Saudi atas kasus ini.
"Insiden ini akan berlalu. Selama beberapa dekade kami telah menggunakan kebijakan minyak sebagai alat ekonomi yang bertanggung jawab dan mengisolasi dari politik," kata Falih.
Tahun 1973, negara penghasil minyak OPEC melakukan embargo minyak terhadap berbagai negara mulai dari Amerika Utara, Inggris, hingga Afrika Selatan. Embargo tersebut menerbangkan harga minyak dari US$ 3 per barel menjadi US$ 12 per barel.
Harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Desember pada siang ini pukul 13:22 menguat 0,44% menjadi US$ 80,13 per barel. Tren kenaikan harga minyak mentah belakangan terjadi menjelang berlakunya sanksi ekspor AS terhadap Iran pada 4 November mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News