Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pengembang properti kian gencar ekspansi ke luar Jawa. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), ambil contoh, akan membangun superblok di Medan yang mencakup apartemen, kantor stratatitle, hotel dan kios.
Tahap awal, APLN sudah mengakuisisi 58% saham PT Sinar Menara Deli senilai Rp 467 miliar. Menara Deli merupakan pengembang mal Deli Plaza yang beroperasi sejak 1990-an di Medan. Manajemen APLN berharap, bisa meraih penjualan sebesar Rp 5 triliun dari superblok itu dalam empat tahun ke depan.
Analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda menilai, proyek supeblok di Medan itu bisa menambah recurring income APLN. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan menimpali, Medan cukup potensial. "Pada 2007-2011 rata-rata pertumbuhan ekonomi di Medan tumbuh 6,3%, lebih tinggi daripada Jakarta 6,2%," ujar dia.
Analis Trimegah Sekuritas, Melvina Wildasari menilai, permintaan properti di Medan cukup banyak. APLN juga diuntungkan dari lokasi proyek cukup strategis yaitu di pusat kota Medan.
Selain di Medan, APLN juga menggarap proyek Borneo Bay Residences di Balikpapan. Manajemen APLN mengklaim, dalam seminggu proyek itu telah terjual 30%.
Melvina menilai, hasil pengembangan proyek baru APLN tersebut belum masuk laporan keuangan tahun ini. Tapi, kata Thendra, akuisisi mal di Medan hasilnya sudah dapat terlihat di laporan keuangan kuartal III 2013.
Secara keseluruhan, di semester I 2013, APLN telah membukukan marketing sales senilai Rp 3,18 triliun. Penjualan pemasaran itu tumbuh 28,5% ketimbang periode sama tahun lalu.
Melvina memprediksi, marketing sales APLN tahun ini bisa Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari target manajemen APLN sebesar Rp 6 triliun.
Melvina memperkirakan, pada tahun ini, APLN bisa mencetak laba bersih Rp 978 miliar atau naik 36% dari laba bersih periode yang sama pada tahun lalu.
Selain membukukan kinerja cukup bagus, analis menilai, saham APLN diperdagangkan di bawah rata-rata price earning ratio (PER) industri. Melvina menghitung, PER APLN 6,5 kali, sementara PER sektornya di 13 kali. Kata Thendra, price to book value (PBV) APLN hanya 1,36 kali. Sedangkan, PBV sektor properti di 3,08 kali.
Namun bagi Steven, APLN memiliki utang yang cukup besar. Ini nampak pada debt to equity ratio (DER) APLN yang sebesar 0,71 kali, lebih tinggi dari rata-rata sektornya 0,31 kali. Pun, rasio utang bersih terhadap ekuitas (net debt to equity) APLN sudah 0,36 kali dibanding sektornya yang hanya 0,01 kali.
Namun, rasio utang itu masih bisa ditolerir. Sebab, kata Steven, 55% utang APLN dari obligasi. Dia masih merekomendasikan beli saham APLN dengan target di Rp 570.
Melvina dan Thendra juga merekomendasikan beli saham APLN, masing-masing dengan target harga di Rp 580 dan Rp 620. Harga saham yang masuk dalam efek syariah, Selasa (23/7) melemah 1,45% ke Rp 340 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News