Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terjun sedalam 5,15% secara year to date, dengan posisi berada di bawah level psikologis 7.000, tepatnya di 6.897,95. IHSG ambles sejalan dengan rontoknya mayoritas indeks sektoral saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampai dengan perdagangan Jum'at (7/6), delapan sektor saham ambles di posisi minus dengan penurunan terdalam dialami oleh sektor teknologi (-26,12%) dan sektor transportasi & logistik (-21%). Sektor properti dan sektor industri membuntuti, masing-masing di posisi -13,75% dan -13,70%.
Sementara itu, hanya ada tiga sektor saham yang masih mampu mengakumulasi penguatan secara year to date. Meliputi sektor energi (+7,70%), sektor kesehatan (+4%) dan sektor barang baku dengan penguatan 3,04%.
Baca Juga: Antisipasi Rotasi Sektor Saat Turbulensi IHSG, Cek Rekomendasi Saham Unggulan Analis
Jika mempersempit periode pengukuran dalam sepekan terakhir, hanya ada empat sektor yang mampu menguat pada minggu pertama Juni 2024. Sektor kesehatan menjadi jawara, naik +4,26%, disusul sektor barang konsumer non primer (consumer cyclicals) (+2,15%), sektor barang konsumer primer (consumer non-cyclicals) (+1,12%) dan sektor properti (+0,27%).
Sedangkan sektor infrastruktur dan barang baku turun paling dalam, masing-masing -4,27%. Sektor industri, teknologi dan energi membuntuti dengan mengakumulasi penurunan masing-masing -3,46%, -3,38% dan -1,91% sepanjang 3 Juni - 7 Juni 2024.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengamati sektor saham yang mengakumulasi pelemahan paling dalam seperti teknologi, transportasi, industri, properti dan consumber cyclicals memiliki kategori yang lebih sensitif terhadap kondisi makro ekonomi. Terutama sentimen dari pengetatan kebijakan moneter dan faktor daya beli.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham dari Para Analis untuk Antisipasi Rotasi Sektor di Tahun 2024
Sedangkan sektor yang mampu berkinerja positif seperti energi terdorong oleh sentimen harga komoditas. Begitu juga sektor barang baku yang banyak dihuni oleh saham emiten tambang mineral & logam, yang harga komoditasnya bergerak dalam kecenderungan menguat kembali atau relatif stabil.
Faktor lain yang mendorong kinerja saham energi dan tambang adalah pembagian dividen yang menambah daya tarik.
"Sentimen pembagian dividen dari laba tahun 2023 cukup signifikan. Meski secara nilai menurun, tetapi dividend yield yang dibagikan masih menjadi yang paling menarik dibandingkan sektor lainnya," kata Audi kepada Kontan.co.id, Minggu (9/6).
Di sisi yang lain, Audi melihat sektor kesehatan masih dalam kondisi yang lebih defensif menghadapi fluktuasi makro ekonomi.
Baca Juga: Sektor Keuangan Setir Arah IHSG, Simak Saham Jagoan Analis
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, menambahkan, sektor yang berorientasi pada ekspor dan sektor defensif cenderung menjadi pilihan di tengah volatilitas IHSG.
Daya tarik makin bertambah di tengah depresiasi nilai tukar rupiah. Apalagi dengan harga komoditas tambang logam seperti nikel, emas dan tembaga yang berpotensi menanjak terdongkrak meningkatnya permintaan global.
Selain itu, kinerja keuangan juga menjadi faktor yang penting. Ratih mencontohkan emiten rumah sakit di sektor kesehatan yang kinerjanya relatif solid. Margin profitabilitas terjaga setelah membukukan kinerja yang low based pada tahun sebelumnya.
Potensi Rotasi di tengah Tahun
Sementara itu, Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menerangkan bahwa mayoritas sektor berkinerja negatif tak lepas dari risiko ketidakpastian yang sedang tinggi di pasar saham. Pelaku pasar masih mengukur sejauh mana dampak sentimen risiko makro ekonomi, geopoitik dan arah kebijakan suku bunga acuan.
Kondisi ini membuat pelaku pasar, terutama investor asing menahan diri, bahkan pergi untuk sementara waktu. "Semua sektor yang memiliki beta tinggi dan market caps tidak terlalu besar turun lebih dalam karena cenderung dihindari saat tingkat ketidakpastian di pasar meningkat. Apalagi diikuti dengan tingkat volatilitas yang tinggi," terang Agung.
Menimbang kondisi pasar saat ini, Agung menaksir belum akan ada rotasi sektor yang masif hingga tingkat ketidakpastian di pasar mulai memudar. Di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS), sektor yang paling diuntungkan adalah yang memiliki pendapatan dalam dolar AS seperti emiten berbasis komoditas.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Saham Pilihan Analis untuk Hari Ini, Kamis (18/4)
Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy menambahkan, dalam kondisi suku bunga acuan yang tinggi, sektor teknologi dan sektor properti masih akan tertekan. Kedua emiten di sektor tersebut cenderung mengalami perlambatan eksplorasi bisnis. Khususnya di sektor teknologi yang tampak belum kembali menarik di mata investor.
Di sisi lain, faktor geopolitik bisa menjadi hambatan bagi emiten transportasi dan logistik, terutama angkutan laut. Kemudian, sektor yang dikenal defensif seperti sektor barang konsumsi masih menemui hambatan. Secara umum, ada faktor daya beli. Kemudian bagi sejumlah emiten ada tantangan dari aksi boikot yang masih bergulir.
"Tapi kemungkinan faktor ini tidak akan bertahan lama. Consumer spending dari masyarakat pada kuartal I masih menunjukkan performa positif, dan kemungkinan akan terus tumbuh selama tahun ini," kata Abdul Haq.
Dia menambahkan, di tengah turbulensi IHSG saat ini investor akan cenderung bersifat konservatif, sehingga kecil kemungkinan akan terjadi rotasi sektor di bulan Juni. "Investor masih menelaah lebih jauh terkait arah pasar saham Indonesia yang masih melemah," ungkapnya.
Baca Juga: Mau Trading? Cek Dulu Prediksi IHSG dan Saham Pilihan Analis untuk Jumat (12/1)
Audi turut memprediksi, pada bulan Juni ini belum ada pergeseran sektoral yang signifikan. Menurut dia, rotasi sektor baru lebih tergambar memasuki semester II menjelang musim rilis kinerja dan rebalancing sejumlah indeks saham.
Sebagai strategi investasi, Audi menyarankan untuk memilah saham defensif seperti di sektor kesehatan dan barang konsumsi primer. Pilihan Audi adalah buy PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dengan target harga masing-masing di Rp 3.160 dan Rp 2.870.
Rekomendasi Audi berikutnya, hold saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga di Rp 1.645. Agung punya pilihan dari sektor yang sama, dengan rekomendasi MYOR, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Lalu, Agung juga melirik saham PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK).
Baca Juga: IHSG Masih Berpotensi Koreksi, Senin (10/6), Cek Rekomendasi Saham dari Analis
Abdul Haq menjagokan sektor energi dengan menyematkan rekomendasi buy untuk PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan target harga Rp 1.400 - Rp 1.480 dan PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) target harga Rp 4.130 - Rp 4.350. Kemudian buy on weakness pada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) untuk target harga Rp 1.385 - Rp 1.480.
Sedangkan Ratih menyodorkan trading plan dengan rekomendasi buy saham PT United Tractors Tbk (UNTR) PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Target harga masing-masing berada di resistance Rp 24.000, Rp 1.450 dan Rp 1.370 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News