Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengantongi pendapatan US$ 48,91 juta atau setara dengan Rp 765,79 miliar di kuartal I 2024. Pendapatan ini turun 4,3% secara tahunan alias year on year (yoy) dari US$ 51,12 juta di kuartal I 2023.
Melansir laporan keuangan, ANJT juga harus mengalami kerugian di tengah penurunan pendapatan sepanjang tiga bulan pertama tahun 2024.
Beban pokok pendapatan tercatat US$ 44,75 juta, naik 8,4% Yoy dari US$ 48,87 juta. Laba bruto ANJT menjadi US$ 4,15 juta, naik 84,5% YoY dari sebelumnya US$ 2,2 juta.
ANJT mencatatkan rugi kurs mata uang asing sebesar US$ 792.250 di kuartal I 2024, berbanding terbalik dari laba kurs mata uang US$ 778.990 di kuartal I 2023.
Kondisi itu diperburuk dengan rugi komprehensif lain setelah pajak sebesar US$ 5,21 juta di kuartal I 2024, berbanding terbalik dari penghasilan komprehensif lain sebesar US$ 8,78 juta di kuartal I 2023.
Alhasil, ANJT mencatatkan rugi periode berjalan diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 3,62 juta per akhir Maret 2024, turun sedikit dari rugi di periode sama tahun lalu sebesar US$ 3,76 juta.
Baca Juga: Begini Strategi Austindo Nusantara (ANJT) Meningkatkan Kinerja di 2024
Manajemen ANJT mengungkapkan, penurunan pendapatan itu sejalan dengan penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata (HJR) untuk produk-produk kelapa sawit.
Jika dirinci, segmen kelapa sawit memberikan kontribusi pendapatan sebesar 98,4% terhadap total pendapatan, atau sebesar US$ 47,7 juta. Ini turun 5,2% dibandingkan capaian kuartal I 2023 yang sebesar US$ 50,3 juta.
Sementara itu, bisnis edamame tercatat sebesar US$ 718,13 ribu di kuartal I 2024, meningkat 97,1% yoy dari US$ 364,42 ribu. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan volume penjualan serta HJR yang lebih tinggi dari edamame segar maupun edamame beku.
“Di luar jaringan pemasaran Asia Foods, kami telah menjajaki pasar India dengan melakukan ekspor edamame beku secara mandiri pada tahun lalu. Pada tahun ini, kami berhasil melanjutkan ekspor edamame beku ke India,” tulis manajemen ANJT dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (2/5).
Segmen sagu memberikan kontribusi sebesar US$ 325 ribu, meningkat 14,1% yoy dari US$ 284,9 ribu. Selain itu, segmen energi terbarukan memberikan kontribusi pendapatan sebesar US$ 147,3 ribu pada kuartal I 2024, lebih tinggi dari kuartal I 2023 sebesar US$ 140,4 ribu. Kenaikan ini seiring dengan peningkatan produksi listrik, di mana terdapat pemeliharaan besar atas fasilitas biogas kami pada tahun lalu.
“Fasilitas biogas kami di Belitung berhasil menjual 2,7 juta kWh listrik pada kuartal I 2024, 8,4% lebih tinggi dibandingkan penjualan listrik sebesar 2,5 juta kWh pada periode yang sama tahun lalu,” sebut ANJT.
ANJT juga mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 173.226 metrik ton (mt) di kuartal I 2024. Produksi TBS ini turun 7,4% dari produksi TBS di kuartal I 2023 yang sebesar 187.060 metrik ton.
Hasil produksi yang lebih rendah ini juga diikuti oleh penurunan produktivitas TBS per hektare area menghasilkan yang turun dari 4,2 metrik ton per hektare pada kuartal I 2023, menjadi 4 metrik ton per hektare pada kuartal I 2024.
Jumlah TBS yang diproses sebesar 273.226 metrik ton, turun 7,6% yoy dari 295.744 metrik ton. Alhasil, terjadi penurunan produksi minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) sebesar 5,7% yoy. ANJT mencatatkan produksi CPO sebesar 56.601 metrik ton di kuartal I 2024, turun dari sebelumnya 60.051 metrik ton.
Hasil ini mencerminkan tingkat rendemen sebesar 20,8% di kuartal I 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat rendemen sebesar 20,4% pada periode yang sama tahun lalu.
Manajemen mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir, produksi minyak sawit global dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang ekstrem. Peristiwa El Nino terjadi pada tahun 2019 dan diikuti oleh La Nina selama tiga tahun berturut-turut.
Lalu, fenomena El Nino kembali muncul pada kuartal II 2023, yang membawa cuaca panas dan kekeringan di sebagian wilayah di Indonesia. sementara, sebagian wilayah lainnya mengalami hujan ekstrem yang juga mempengaruhi kinerja produksi kami,” ujar ANJT.
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja ANJT terpengaruh oleh fluktuasi kurs rupiah. Sebagai catatan, per hari ini (2/5), di pasar spot rupiah menguat 0,46% menjadi Rp 16.185 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Dengan rupiah masih di atas level Rp 16.000, kemungkinan dampaknya buruk ke ANJT. Apalagi, ANJT juga punya liabilitas dalam bentuk dolar AS,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/5).
Pada 31 Maret 2024, jumlah aset ANJT turun 0,2% yoy menjadi US$ 615,4 juta akibat kenaikan persediaan dan aset biologi. Jumlah liabilitas naik 5,5% dari US$ 188,7 juta pada akhir tahun 2023, menjadi US$ 199,1 juta di akhir Maret 2024 akibat kenaikan pinjaman bank jangka pendek.
Di tahun 2024, kata Kiswoyo, sentimen negatif untuk industri CPO adalah jika harga minyak kedelai dan jagung yang lebih rendah dari harga CPO. Jika minyak nabati alternatif lebih murah, kemungkinan permintaan akan CPO menurun.
“Apalagi, mayoritas negara yang menggunakan CPO masih berasal dari wilayah Asia, khususnya India dan China,” tuturnya.
Kiswoyo pun melihat target harga ANJT bisa ke level Rp 800 - Rp 900 per saham. Namun, likuiditas ANJT masih kecil, karena bid dan offer yang masih kecil.
Baca Juga: Produksi TBS Austindo Nusantara (ANJT) Turun 7,4% Jadi 173.226 Ton di Kuartal I-2024
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada merekomendasikan buy untuk ANJT dengan target harga Rp 720 per saham.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham ANJT berada di level support Rp 640 per saham dan resistance Rp 675 per saham.
Herditya pun merekomendasikan trading buy untuk ANJT dengan target harga Rp 705 - Rp 715 per saham
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo melihat, pergerakan saham ANJT berada di level support Rp 625 per saham dan resistance Rp 740 per saham.
William pun merekomendasikan speculative buy untuk ANJT dengan target harga Rp 740 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News