Reporter: Dede Suprayitno, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) memutuskan menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,25% hingga 1,5%.
Namun, terlihat anomali terjadi di pasar saham. Sebelumnya, kenaikan suku bunga The Fed dikhawatirkan akan membuat investor asing menarik dananya dari pasar emerging. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dana asing justru mengalir masuk ke pasar saham.
Tengok saja, di pasar reguler, Kamis (14/12), dana asing tercatat net buy Rp 424,92 miliar. Aksi jual lebih banyak terjadi di pasar negosiasi dan hanya menyisakan net sell di seluruh pasar Rp 134,16 miliar. Alhasil, IHSG sumringah dengan kenaikan 0,97% dan mengukir rekor tertingginya sepanjang masa di level 6.113,65.
Teguh Hidayat, Direktur Avere Mitra Investama, mengatakan, dana asing sudah banyak keluar sepanjang tahun ini. Sehingga, investor asing tak punya banyak ruang gerak untuk kembali menjual sahamnya.
Kenaikan suku bunga The Fed berdampak pada penarikan dana pada negara maju, seperti Jepang dan Hong Kong. Sedangkan di Indonesia, investor asing sudah melakukan aksi jual besar-besaran.
Sejak awal tahun, total net sell asing sudah mencapai Rp 40 triliun. "Jadi tidak ada dana yang bisa mereka tarik lagi. Sementara di AS sendiri, sudah banyak dana masuk dari negara lain," kata Teguh.
Fenomena yang terjadi saat ini tak jauh berbeda dengan yang pernah terjadi di 2015 silam. Saat suku bunga The Fed belum naik, investor asing sudah keburu melakukan aksi jual dalam jumlah besar. Sehingga, saat ini besar kemungkinan investor asing justru bisa kembali masuk ke bursa saham.
Ada kepastian
Keputusan soal suku bunga The Fed sudah dinantikan sejak lama. Sehingga, kini investor asing punya kepastian dalam berinvestasi. "Bisa jadi, kenaikan suku bunga The Fed naik membuat investor asing ingin belanja di sini," imbuh Teguh.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas, mengatakan, The Fed memang harus menaikkan suku bunganya untuk mengimbangi ekonomi AS yang membaik.
Bahkan menurut dia, jika The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua sampai tiga kali pada tahun depan, pasar saham Indonesia sudah tidak akan terpengaruh banyak. "Asal kenaikan tidak lebih dari 25 basis poin," ujar Edwin.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, saat ini kenaikan suku bunga AS hanya berpengaruh pada nilai tukar saja. Hal ini dibuktikan dengan yield pasar obligasi yang masih cukup bersaing.
Menurut dia, BI punya kecenderungan untuk mempertahankan suku bunga acuan, sehingga instrumen saham menjadi lebih menarik ketimbang obligasi.
Edwin juga menilai, instrumen saham cocok menjadi pilihan investasi saat ini. Investor institusi seperti dana pensiun juga akan memilih saham karena performa saham berpotensi naik.
Menurut dia, saham sektor perbankan, pertambangan, dan telekomunikasi bisa menjadi incaran. Ia juga menyarankan untuk membeli saham sektor properti mulai paruh pertama tahun depan.
Sementara itu, Hans juga merekomendasikan saham sektor perbankan dan konstruksi. Kedua sektor ini akan memiliki kinerja lebih unggul pada tahun 2018 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News