kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anggota OPEC+ patuh pangkas produksi, harga minyak WTI sentuh US$ 56,85 per barel


Minggu, 07 Februari 2021 / 16:26 WIB
Anggota OPEC+ patuh pangkas produksi, harga minyak WTI sentuh US$ 56,85 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak WTI menyentuh US$ 56,85 per barel setelah anggota OPEC+ mematuhi pemangkasan produksi minyak.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga minyak dunia belum berhenti melanjutkan tren positif pada perdagangan akhir pekan lalu. Merujuk Bloomberg, pada Jumat (5/2), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,1% ke US$ 56,85 per barel. Artinya, dalam sepekan kemarin, harga minyak WTI telah mencatatkan penguatan sebesar 8,91%.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, tren positif minyak WTI ini disebabkan oleh berbagai faktor pendukung. Antara lain, cadangan minyak Amerika Serikat (AS) yang kembali turun. Data pemerintah AS menunjukkan, stok minyak mentah AS pekan lalu turun menjadi 475,7 juta barel, level terendah sejak Maret 2020.  

“Selain itu, pasar juga memandang positif hasil pertemuan komite gabungan OPEC pada pertengahan pekan lalu. Pasalnya, para produsen minyak menunjukkan tingkat kepatuhan pemangkasan produksi yang masih sesuai dengan harapan,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (5/2).

Baca Juga: Dekati US$ 60 per barel, minyak Brent melonjak 6% di pekan lalu

Selain itu, kabar positif terkait paket stimulus AS juga mendorong sentimen positif untuk minyak. Faisyal menjelaskan, jika stimulus tersebut segera disahkan, diharapkan akan memicu pertumbuhan ekonomi AS. Dus, permintaan minyak di AS bisa semakin cepat pulih dan mengangkat harga minyak.

Hanya saja, Faisyal mengkhawatirkan kenaikan harga minyak ini justru berbalik menjadi bumerang untuk harga minyak dunia itu sendiri. Sebab, ketika harga minyak mulai kembali tinggi, tingkat kepatuhan pemangkasan produksi akan berkurang. Pada akhirnya, negara seperti Rusia berpotensi menambah jumlah produksi harian mereka.

“Jika hal tersebut terjadi, tentu suplai kembali meningkat dan membuat harga minyak kembali mengalami koreksi. Apalagi, penyebaran virus corona juga masih terlihat belum ada tanda mereda. Ini juga masih jadi sentimen negatif untuk komoditas minyak,” imbuh Faisyal.

Selain terkait pasokan-permintaan, dan perkembangan virus Covid-19, faktor penting yang mengerek harga minyak dunia adalah perkembangan kebijakan antara AS dengan China. Serta, data-data ekonomi dari China, AS, maupun negara-negara di Eropa.

Oleh karena itu, Faisyal meyakini, harga minyak dunia masih akan bergerak fluktuatif ke depan. Namun, ia optimistis, pada akhir tahun nanti, harga minyak WTI akan berada pada kisaran US$ 60 - US$ 65 per barel.

Selanjutnya: Capai rekor tertinggi dalam setahun, harga minyak WTI melesat 9% di minggu lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×