Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Hasil survei Bloomberg menunjukkan, harga kontrak minyak dunia diramal akan mencatatkan penurunan pada pekan depan.
Sekitar 18 dari 37 analis atau 49% memprediksi, harga minyak akan turun pada pekan yang berakhir 15 Februari mendatang. Sementara, 12 responden atau 32% memprediksi kenaikan dan tujuh analis lain memprediksi harga minyak tidak berubah. Pada pekan lalu, sekitar 42% analis memproyeksi kenaikan harga minyak.
Hal itu terlihat dari indikator teknikal yang memberikan sinyal kenaikan harga minyak terlalu cepat seiring penurunan harga saham. Indikator yang dimaksud adalah relative-strength index (RSI) untuk harga minyak pengantaran satu bulan ke depan naik di atas level 74 pada 30 Januari lalu. Ini merupakan level tertinggi sejak 24 Februari 2012. Nah, pada hari ini, RSI turun ke posisi 56, level terendah sejak 24 Desember lalu.
"Indikator momentum RSI dinilai sudah overbought dan akan turun ke posisi 50 untuk kemudian naik kembali," jelas Bob Yawger, director of futures division Mizuho Securities USA Inc.
Sekadar tambahan informasi, indeks RSI di atas level 70 memberikan sinyal penurunan harga. Sementara, angka di bawah level 30 merupakan sinyal beli.
Catatan saja, dalam empat hari transaksi perdagangan pada pekan ini, harga minyak sudah terpangkas 2% menjadi US$ 95,83 per barel di New York Mercantile Exchange. Meski demikian, sepanjang tahun ini, harga si emas hitam sudah menanjak 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News