Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Sejumlah analis memasang target pesimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun 2015 di kisaran 3.800-4.000. Banyak faktor yang menjadi pemicu, mulai dari domestik maupun global.
Hantaman dari global adalah terkait kondisi dan kebijakan ekonomi di China serta keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga.
Sedangkan, di dalam negeri yang menjadi sentimen negatif diantaranya melambatnya pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus terpuruk.
Paket kebijakan pemerintah yang baru saja diumumkan pun dinilai belum cukup kuat meningkatkan kepercayaan investor pasar modal.
Andrew Argando, Kepala Riset Recapital Securities memasang target pesimis di level 3.855, level moderat di posisi 4.832 dan target optimis di angka 5.516.
Kemudian, Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities memperkirakan, dalam kondisi terburuk, IHSG bisa mejeng di level 4.005.
Sedangkkan, secara moderat IHSG bisa ada di level 4.540 dan target optimis ada di posisi 4.810.
"Tetapi, diperkirakan IHSG cenderung akan bergerak ke level terendah, yaitu 4.005," ujar Edwin, Kamis (10/9).
Hal ini menyusul kondisi perkonomian di kuartal III-2015 tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan sekitar 4,6%-4,7%. Hal ini akan berimbas pada kemampuan emiten mendongkrak fulus yang kemungkinan sama atau malah memburuk dari semester pertama.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun terus keok. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), hari ini rupiah melemah 0,54% ke posisi Rp 14.322 per dollar AS.
Ambruknya mata uang garuda ini akan berimbas negatif pada emiten-emiten yang memiliki eksposur terhadap dollar AS.
Edwin menyebut, beberapa emiten yang terkena dampaknya antara lain PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang memiliki utang berdominasi dollar AS sebesar US$ 1,55 miliar.
Lalu, ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sekitar US$ 162 juta, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sekitar US$ 185 juta.
David Sutyanto, Analis First Asia Capital pun berpendapat IHSG akan menuju level 4.000 di akhir tahun.
Ia menetapkan target moderat di kisaran 4.500-4.400 dan target opitimis di level 4.800.
Menurut dia, paket kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat dan memberikan stimulus bagi industri belum bisa memberi kepercayaan lebih kepada investor.
"Paket kebijakan pemerintah secara normatif bagus, tapi secara practical tidak, makanya IHSG tidak juga menguat," kata dia.
Hari ini, IHSG kembali memerah ke posisi 4.343 dari 4.347. Selajutnya, Reza Priyambada, Kepala Riset NH Koorindo Securities juga memperkirakan IHSG cenderung akan menuju level terburuk, yakni 3.950.
Kemudian, level moderat ada di level 4.600 dan posisi terbaik ada di angka 4.800.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News