Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal sesi I pekan ini bergerak mixed namun ditutup melemah 14,6 poin atau turun 0,32% pada level 4.500,77. Tercatat 77 saham menguat, 82 saham tetap sedangkan 176 saham melemah. Investor asing melakukan net sell sebesar Rp 246,86 miliar.
Analis Asjaya Indosurya Securities Dimas Adrianto menilai, memasuki sesi II nanti, indeks diproyeksikan masih berada di zona duka, lantaran bursa-bursa di Asia melemah akibat kebijakan pengetatan ekonomi China.
Kondisi ini, menurut Dimas, masih akan menjadi perhatian pasar hingga penutupan pasar sore nanti. Apalagi, bursa Eropa diperkirakan Dimas juga ikut melemah, terpengaruh pengetatan perekonomian di China yang telah menyebabkan bursa di China dan Hong Kong terpukul.
"Pelemahan bursa Asia terutama di China dan Hong Kong disebabkan oleh naiknya suku bunga interbank, akibat kekhawatiran akan kemungkinan penghentian stimulus The Fed. Perlambatan perekonomian China dan mengurangi risiko overheat dan kredit yang tidak perform. Selain itu kabar terakhir diberitakan, bahwa Goldman Sachs Bank turut men-downgrade pertumbuhan perekonomian menjadi 7,5% dari 7,8%," kata Dimas, Senin (24/6).
Karena itu Dimas memperkirakan, IHSG berada di rentang support 4.430 dan resisten di posisi 4.605. Untuk saham yang dapat menjadi pilihan, Dimas merekomendasikan diantaranya saham-saham konsumer, pakan ternak, retail, telekomunikasi dengan fundamental bagus menjelang bulan puasa.
Senada dengan Dimas, analis Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menilai, pergerakan bursa regional yang sangat labil, turut menyengat IHSG. Posisi indeks Dow Jones yang ditutup naik tipis menyebabkan bursa regional Asia kekurangan katalis positif untuk bergerak di zona hijau.
Menurut Satrio, pada perdagangan sesi II ini, IHSG masih terkoreksi namun, masih prima ketimbang bursa regional lainnya. Satrio memperkirakan, tekanan aksi jual asing selama sesi II berkurang, lantaran aksi jual asing di sesi I hari ini berada di bawah Rp 300 miliar di pasar reguler.
"Ini berarti tekanan jual asing pada sesi II nanti akan ada di bawah Rp I triliun. Ini kabar yang baik. Tapi tentu pasar membutuhkan sentimen baru yang bisa mendorong indeks bergerak lebih baik lagi," ujar Satrio.
Karena itu, Satrio memperkirakan, IHSG sesi II untuk jangka menengah berada di support kuat di kisaran 4.200 dan resisten di 4.400. Untuk saham yang bisa jadi pilihan, Satrio merekomendasikan investor menghindari saham perbankan, menunggu sampai kisaran support saham sektor tersebut kuat.
"Untuk sektor lain yang cukup menarik, silakan mengoleksi saham yang likuiditasnya kecil dan tekanan jual asing tidak besar. Seluruh saham masih dalam posisi trading, karena kedepan ada sentimen inflasi karena kenaikan BBM," kata Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News