Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berlanjut. Senin (5/8) kemarin, China memangkas nilai mata uang yuan ke level terendah sejak 2008 yaitu menembus 7 yuan per dolar AS. Tindakan tersebut, merupakan upaya pembalasan China atas kenaikan tarif AS terhadap barang-barang impor China.
Keputusan China mendevaluasi mata uangnya bukanlah hal baru. Negara itu sudah beberapa kali melakukan tindakan yang sama, seperti pada tahun 2015, 2016, serta 2018.
Baca Juga: Yuan China melemah, Sri Rejeki Isman (SRIL): Kami masih kompetitif
Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menyatakan keputusan China menurunkan nilai mata uangnya tentu akan berdampak pada emiten di Indonesia.
Bukan hanya sektoral, melainkan semua emiten juga terkena imbas devaluasi yuan. Menurut Sebastian, efek melemahnya yuan langsung berkenaan dengan rupiah.
Baca Juga: Rupiah melemah karena perang mata uang, simak prediksinya untuk besok
"Ini bukan impact to earnings, tapi aksi jual asing karena return mereka dihitung dalam dolar," ujar Sebastian kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).
Sebastian juga menambahkan masih sulit bagi pasar memprediksi prospek harian emiten pada masa currency war ini. Ia menilai prospek ke depan akan baik jika yuan stabil.
Akan tetapi jika yuan terus terdepresiasi, Sebastian merekomendasikan investor membeli saham ketika IHSG di level 6.040 dan PE 13,8x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News