kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.220   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Analis: Sektor ritel masih susah bergerak


Jumat, 27 Oktober 2017 / 20:47 WIB
Analis: Sektor ritel masih susah bergerak


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis emiten sektor ritel seolah goyang, mengingat ditutupnya beberapa gerai di tahun 2017. Teranyar, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) melepas flagship segmen department store, yakni Lotus dan Debenhams.

Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman melihat, faktor utama yang menjadi pemberat bagi emiten di sektor ritel adalah faktor daya beli. “Penutupan toko yang kini terjadi, cenderung karena pelemahan ekonomi di kondisi makro sekarang ini,” ujarnya, Jumat (27/10).

Tentunya, faktor daya beli bukan pemberat satu-satunya. Adeline menambahkan bahwa gempuran e-commerce juga mempengaruhi kelangsungan bisnis emiten di sektor ritel. Bahkan, tak hanya di bisnis fesyen, ancaman dari online marketplace ini bisa juga berimbas pada ritel dengan produk gadget, bahan bangunan, dan lainnya.

Lebih dari sekedar tantangan, secara fundamental e-commerce menurut Adeline telah mengancam ritel dalam jangka panhang. Pasalnya, ritel pun sulit mendiversifikasikan bisnisnya ke sektor e-commerce. Kalaupun sebagian emiten ritel mulai merambah penjualan online, Adeline menilai persaingannya pun akan cukup ketat.

Namun, Adeline memprediksikan di tahun depan penetrasi e-commerce masih akan berada pada tahap awal. Karena itu, masih ada peluang bagi emiten ritel untuk catat pertumbuhan. Hanya saja, ia tidak menyarankan investor untuk berinvestasi jangka panjang di saham-saham emiten ritel.

Di lain sisi, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya juga melihat adanya pengaruh perubahan perilaku masyarakat.

“Orang lebih senang ke mal duduk santai sambil makan di restoran. Mereka mengurangi belanja baju di mal. Apalagi sekarang sudah banyak yang online,” tuturnya.

Tak hanya itu, pengaruh media sosial menurut Christine juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat, dimana uang lebih banyak digunakan untuk travelling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×