kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkah Ramadan bagi sektor konsumer & ritel


Senin, 01 Mei 2017 / 19:06 WIB
Berkah Ramadan bagi sektor konsumer & ritel


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, konsumsi masyarakat akan mengalami peningkatan. Hal ini tentunya menjadi berkah untuk industri khususnya emiten di sektor consumer goods.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja berpendapat, menjelang bulan Ramadan dan hari raya Indul Fitri konsumsi masyarakat biasanya akan mengalami peningkatan. Untuk itu penjualan emiten seperti PT Unilever Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga ikut terkerek.

"Termasuk bisnis PT JPFA Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Phokpan Tbk (CPIN) dan lainnya," ujar Joni kepada KONTAN, Sabtu (29/4).

Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo menambahkan, tidak hanya sektor consumer goods, sektor ritel juga akan ikut terkerek karena masyarakat akan cenderung membeli pakaian baru jelang Idul Fitri.

Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menilai, sektor bisnis consumer goods akan melonjak 8% - 10% di bulan Ramadan dan Idul Fitri dibandingkan bulan-bulan biasa. "Karena konsumsi masyarakat mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan dengan adanya THR," katanya.

Reza memprediksi sepanjang tahun ini kenirja dari sektor consumer goods akan baik mengingat kondisi makro ekonomi yang cukup baik. Apalagi sektor ini cukup kebal di segala kondisi. "Tantangan di emiten sektor konsumer lebih kepada biaya bahan baku," katanya.

Menurut Joni untuk tahun 2017 emiten consumer goods diprediksi kinerjanya akan lebih baik dibanding tahun kemarin. Namun ada beberapa tantangan di sektor ini yaitu penurunan harga komoditas seperti sawit dan batubara. Meskipun efeknya tidak langsung namun ini cukup menggerus daya beli masyarakat yang penghasilannya dari komoditas tersebut.

Lebih spesifik dia merincikan untuk sektor poultry yang menjadi tantangan yaitu tingginya harga jagung, sudah dua kali lipat harga acuan pemerintah. Kemudian untuk ICBP persaingan yang ketat terus menggerus market share yang saat ini menguasi 70%. "INDF tantangannya lebih ke harga komoditas, untuk UNVR dan MYOR masih lampu hijau," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×