Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor minyak dan gas (migas) mulai menemui kejelasan. Jika tak ada perubahan, dalam waktu dekat PT Pertamina akan menjadi induk usaha BUMN migas, yang membawahi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Anak usaha Pertamina, PT Pertagas, akan beralih ke bawah kendali PGAS. Penggabungan ini dinilai membawa dampak positif untuk PGAS. Analis NH Korindo Securities Raphon Prima mengatakan, jaringan pipa gas PGAS yang selama ini fokus di Jawa dan Sumatra bisa lebih tersebar.
"Pertamina merupakan perusahaan dengan jaringan yang sangat besar. Dengan aset gas Pertamina dikonsolidasi ke PGAS, maka jangkauan PGAS akan lebih luas," ujar Raphon kepada KONTAN, Senin (9/1).
Secara teknis, pengembangan infrastruktur PGAS juga akan lebih luas dan volume distribusi PGAS akan meningkat signifikan. "Karena pada dasarnya, bisnisnya serupa dengan Pertagas," imbuhnya.
Senada, Analis Erdikha Sekuritas Toufan Yamin mengatakan, bergabungnya Pertagas dengan PGAS akan menambah jumlah pelanggan. "Holding ini akan membuat distribusi gas lebih efisien. Dan dampaknya akan bagus ke PGAS karena menghilangkan persaingan," ujar Toufan.
Apalagi, PGAS saat ini juga tengah mendorong distribusi ke sektor rumah tangga dan ritel. Dengan jaringan yang dimiliki Pertamina, PGAS akan lebih mudah menjangkau daerah-daerah baru.
Saat ini, area distribusi gas PGAS terbagi menjadi tiga bagian yakni Jawa Barat, Lampung, dan Palembang. Lalu, bagian Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta Sumatra Utara dan Riau. Hingga kuartal tiga, PGAS menyalurkan 787 mmscfd gas.
Toufan memperkirakan, hingga akhir 2016, volume distribusi PGAS bisa mencapai 812 mmscfd. Tahun ini, volume distribusi bisa meningkat menjadi 870 mmscfd. "Itu belum ditambah dengan konsolidasi Pertagas. Volumenya bisa jauh lebih tinggi," papar Toufan.
Hingga tahun 2016, Toufan memperkirakan pendapatan PGAS hanya akan meningkat 6,59% menjadi Rp 39,54 triliun. Laba bersihnya malah menurun dari Rp 5,5 triliun di 2015 menjadi Rp 4,9 triliun di 2016.
Namun, dengan peningkatan infrastruktur dan bertambahnya pelanggan, Toufan memperkirakan pendapatan PGAS bisa meningkat 10,87% menjadi Rp 43,8 triliun dengan kenaikan laba bersih 8,59% menjadi Rp 5,4 triliun tahun ini. Jumlah ini belum terhitung dengan potensi pendapatan tambahan dari Pertagas.
Menurut Raphon, investor akan diuntungkan adanya peningkatan kinerja di tahun ini. "Valuasinya juga masih menarik," ujar dia.
Dia merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga Rp 2.900. Toufan merekomendasikan buy PGAS dan menaikkan target harga saham ke Rp 3.350. Kemarin, harga saham PGAS turun 2,82% menjadi Rp 2.760.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News