kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan harga gas menahan kinerja PGAS


Selasa, 11 Oktober 2016 / 08:25 WIB
Penurunan harga gas menahan kinerja PGAS


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah akan menetapkan skema penurunan harga gas pada November 2016. Keputusan ini telah ditunggu-tunggu para pelaku industri setelah setahun berlalu sejak dirilisnya paket kebijakan ekonomi jilid III tentang penurunan harga gas.

Sebagai perusahaan gas pelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), perubahan harga bisa mempengaruhi kinerja. Analis CIMB Securities Patricia Sumampouw berasumsi, pemotongan harga gas US$ 2,50 per mmbtu akan menurunkan harga menjadi US$ 6,5 per mmbtu.

Penurunan ini akan memotong margin PGAS sekitar US$ 0,25 per mmbtu. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menginstruksikan penurunan harga gas industri ke US$ 5–US$ 6 per mmbtu dari sebelumnya US$ 9–US$ 9 10 per mmbtu.

Presiden menjadwalkan November 2016 sebagai deadline finalisasi skema harga dengan rencana penerapan pada Januari 2017. Patricia menambahkan, jika harga gas diturunkan menjadi US$ 5–US$ 6 per mmbtu di industri hulu, sampai di konsumen akhir harga mencapai US$ 7–US$ 7 8 per mmbtu.

Liga Maradona, analis Recapital Securities, mengatakan, penurunan harga gas sepertinya tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja PGAS. Tapi, potensi penurunan harga gas di hilir lebih besar daripada di hulu, meski sama-sama ada pemotongan sekitar US$ 2 per mmbtu.

Penurunan harga gas ini juga akan mempengaruhi margin pendapatan PGAS. "Tapi saya belum bisa bilang berapa besaran penurunan margin PGAS karena informasi dari pemerintah belum jelas," kata Liga kepada KONTAN, kemarin (10/10).

Meski begitu, Liga optimistis tahun depan ekonomi Indonesia akan lebih baik lagi, apalagi ada sentimen amnesti pajak. Harga komoditas pun saat ini semakin baik. Kalaupun masih akan turun nantinya, harga komoditas tidak akan turun terlalu jauh. Sehingga tahun depan neraca perdagangan dari sisi ekspor migas akan jauh lebih baik.

Liga menambahkan, sentimen bagi PGAS di tahun ini lebih ke abu-abu. Dalam artian, wacana besar seperti penetapan holding gas BUMN yang bisa menjadi sentimen positif bagi PGAS, belum ada kejelasan.

"Sebenarnya sudah ada kabar bahwa Pertamina akan menjadi induk holding gas, tetapi belum jelas bagaimana model bisnis dari PGAS, mau hulu saja atau hilir saja atau keduanya," jelas Liga.

Pembentukan holding ini diharapkan bisa menekan biaya operasional dan distribusi. Alhasil, harga gas bisa terjangkau di semua segmen. Menurut Liga, tahun ini kinerja PGAS masih belum begitu baik, apalagi pencapaian pada semester pertama di bawah ekspektasi dan proyeksi para analis.

Sampai akhir tahun, pendapatan PGAS berpeluang turun dan tak bisa mencapai target. "Proyeksi dan target baru PGAS sedang under review," tambah dia.

Patricia masih mempertahankan rekomendasi tambah saham PGAS, dengan target harga Rp 3.250 per saham. Analis BNI Securities Maxi Liesyaputra juga merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 3.850 per saham.

Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas mengatakan, harga saham PGAS cenderung menguat dan akan menguji level tertinggi pada kisaran Rp 3.520 sebagai target tertinggi. Lucky memberi rekomendasi beli saham PGAS dengan target harga Rp 3.520 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×