Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek infrastruktur baru, diperkirakan akan dimulai pada semester dua 2021, yang didukung oleh anggaran infrastruktur lebih tinggi. Pemerintah menetapkan anggaran infrastruktur yang dialokasikan sebesar Rp 417,4 triliun, atau naik 48,4% secara year on year (yoy), dan belum banyak didistribusikan di tahun ini.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, PT PP Tbk (PTPP) membukukan penurunan kontrak baru 53,8% secara yoy jadi Rp 2,4 triliun. Kondisi yang sama dialami PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang membukukan kontrak baru Rp 1,1 triliun, turun 65,2% yoy.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan kontrak baru Rp 2,2 triliun, turun dari Rp 2,5 triliun setahun sebelumnya. Hanya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang mampu membukukan kenaikan kontrak baru 85,5% menjadi Rp 4,6 triliun.
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Josua Michael dalam risetnya yang dirilis pada 15 April 2021, kontrak baru WSKT yang rendah kuartal I memiliki rincian 19% milik pemerintah, 44% milik BUMN, dan sisanya adalah proyek dari divisi pengembangan bisnis lainnya, seperti jalan tol dan lain-lain.
Baca Juga: PP Presisi (PPRE) bukukan kontrak baru Rp 2,2 triliun hingga Mei 2021
Analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus dalam risetnya yang dirilis pada 8 Juni 2021 menilai bahwa peningkatan kontrak baru akan meningkat di semester II 2021, yang didorong juga oleh anggaran lebih dari Rp 110 triliun yang belum didistribusikan oleh Kementerian PUPR.
Akan tetapi ia mengantisipasi bahwa distribusi proyek ke kontraktor BUMN bisa lebih rendah, seiring dengan pergeseran fokus pemerintah untuk tender proyek konstruksi melalui skema public private partnership (PPP) karena anggaran yang ketat.
Skema ini juga dinilai berpotensi menurunkan porsi kontraktor BUMN, sehingga kontraktor swasta dapat mengambil alih sebagian besar tender yang ditawarkan. Sehingga Willinoy memperkirakan WIKA, PTPP, dan WSKT akan membukukan kontrak baru yang mencapai Rp 84 triliun atau naik 17,8% secara yoy, yang masih berada di level pra pandemi.
Sebelumnya, Indonesia telah membentuk konsorsium dengan Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ), APG Asset Management (APG), dan anak perusahaan Otoritas Investasi Abu Dhabi dan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) senilai USD 3,75 miliar (Rp 54 triliun).
Baca Juga: Sektor konstruksi dibayangi katalis positif di tahun ini
Menurut ketentuan MoU, konsorsium telah sepakat untuk mengevaluasi rencana awal peluang investasi jalan tol dalam waktu enam bulan atau November 2021, sebelum menambahkannya ke portofolio investasi konsorsium. Willinoy menilai WSKT seharusnya diuntungkan di antara kontraktor BUMN, karena divestasi jalan tolnya akan mengurangi tekanan neraca.
Willinoy dan Josua menilai netral sektor ini karena kontrak baru kontraktor BUMN di tahun 2021 dan 2022 masih di bawah atau hanya mendekati level pra pandemi, dan eksekusi investasi Indonesia yang dapat memakan waktu panjang.
Willinoy menilai PTPP sebagai pilihan utama karena rasio OB terhadap pendapatan yang solid, neraca yang sehat, dan valuasinya termurah di antara peers konstruksi lainnya. Ia merekomendasikan PTPP beli dengan target harga masing-masing Rp 1.400 per saham.
Selanjutnya: Wika Beton (WTON) raih kontrak baru senilai Rp 1,99 triliun hingga Mei 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News