Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan tata kota berbasis smart city mulai menjadi pertimbangan. Secara bisnis, hal tersebut juga menjanjikan ceruk yang cukup potensial untuk digarap. Analis melihat perkembangan smart city akan berimbas positif pada kinerja emiten penyedia jasa dan perdagangan teknologi.
Berdasarkan data Grand View Research, pasar bisnis smart city bisa mencapai US$ 237,6 miliar pada tahun 2025 nanti. Sedangkan pertumbuhan CAGR-nya bisa mencapai 18,9%.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan potensi itu bisa berimbas pada kinerja emiten-emiten penyedia jasa dan perdagangan teknologi seperti Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dan Anabatic Technologies Tbk (ATIC).
“Pertumbuhan penduduk, tantangan untuk mengelola sumber daya alam yang terbatas hingga tuntutan untuk menjaga lingkungan yang sustain menjadi alasan pengembangan berbasi smart city memiliki prospek yang menarik,” ujar Sukarno, Rabu (10/7).
Meski begitu Sukarno tak menampik, realisasi pengembangan smart city di Indonesia masih memiliki masa depan yang panjang.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji juga sepakat, smart city memang berpotensi menguntungkan bagi emiten yang bergerak di bidang teknologi. “Namun apa bila hanya sekadar wacana, maka juga tidak akan berdampak apa-apa,” tutur Nafan.
Dari segi saham, baik Sukarno maupun Nafan mengatakan tak semua saham emiten teknologi memiliki prospek menarik. Dari segi price earning ratio (PER) misalnya, MTDL dan ATIC masing-masing memiliki nilai sebesar 9,92x dan 149x. Sedangkan untuk rerata PER industri sebesar 515x.
Selain PER, price book value (PBV) MTDL dan ATIC juga masih berada di bawah rata-rata industri yang sebesar 3,19x. Tercatat, MTDL memiliki PBV sebesar 1,62x. Sedangkan ATIC memiliki PBV sebesar 2,51x.
Meski valuasi kedua saham tersebut menarik, namun likuiditas MTDL lebih baik dari ATIC. “Secara teknikal, tren harga saham ATIC tidak bisa ditebak,” kata Nafan.
Pada perdagangan hari ini, saham ATIC melorot hingga 7,83% ke level Rp 765 per saham. Sepanjang hari volume perdagangan saham ATIC hanya mencapai 2.000 dengan nilai Rp 1,5 juta dan diperdagangkan sebanyak dua kali saja.
Berbanding terbalik, harga saham MTDL hari ini naik 1,22% di level Rp 1.240. Sepanjang hari volume perdagangan saham MTDL mencapai 4,7 juta dengan nilai mencapai Rp 5,9 miliar. Saham MTDL diperdagangkan sebanyak 1.122 kali.
Nafan juga menyebutkan MTDL memiliki kondisi keuangan yang lebih baik. Tercatat, debt equity ratio MTDL di kuartal I-2019 mengalami perbaikan secara yoy. “Tahun lalu 1,02 kali. Kini menjadi 0,86x. Sedangkan DER ATIC malah menjadi berlipat dua kali,” kata Nafan.
Sedangkan dari aspek fundamental lain, Sukarno menyebut MTDL lebih unggul ketimbang ATIC. Sepanjang kuartal I-2019 MTDL mengalami peningkatan rasio GPM menjadi 8,36% dari 7,59% secara year on year.
“Rasio net profit margin juga meningkat menjadi 2.65% dari 2.15% secara yoy,” terang Sukarno.
Menimbang valuasi kedua saham emiten tersebut masih murah, Sukarno merekomendasikan para investor untuk maintain buy kedua saham tersebut. “MTDL dengan target harga Rp 1.700 per saham dan ATIC dengan target harga Rp 900 per saham,” kata Sukarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News