kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,33   -6,02   -0.65%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis ini melihat ada peningkatan risiko obligasi sektor keuangan


Jumat, 21 September 2018 / 05:30 WIB
Analis ini melihat ada peningkatan risiko obligasi sektor keuangan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir Agustus 2018, sektor perbankan dan pembiayaan masih mendominasi penerbitan surat utang korporasi dalam negeri. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, ada total 33 perusahaan bank dan pembiayaan yang menerbitkan surat utang dalam bentuk obligasi, medium term notes (MTN), maupun sukuk dengan total nilai emisi mencapai Rp 58,42 triliun.

Kendati begitu, Vice President Rating Analyst Pefindo Danan Dito, menilai, ada peningkatan risiko pada surat utang sektor keuangan yang meliputi perusahaan bank dan pembiayaan.

"Sentimen makro kurang mendukung, terutama faktor kenaikan suku bunga acuan. Kemungkinan akan ada slow down pertumbuhan kinerja bank dan potensi penurunan margin bunga atau net interest margin (NIM)," tutur Danan, Kamis (20/9).

Memang, secara keseluruhan Danan melihat outlook untuk perbankan masih stabil dan memilki ketahanan yang cukup baik. Menurutnya ini terlihat dari masih tingginya capital adequacy ratio (CAR), juga pertumbuhan NIM yang jika dibandingkan di kawasan regional masih cukup tinggi, serta NPL yang terjaga sekitar 2,8% -3%.

Hanya saja, sentimen makroekonomi saat ini tak dipungkiri bakal berdampak pada profitabilitas bank sehingga cenderung melemah seiring dengan menurunnya NIM dan asset quality. Lantas, pertumbuhan kredit juga ikut terseret sehingga rasio net-performing loan (NPL) berpotensi makin tinggi.

"Untuk perusahaan bank yang bisnisnya tidak begitu terdiversifikasi, juga skala bisnisnya tidak sebesar bank-bank yang sifatnya bisa dibandingkan di regional, memang dampak-dampak tersebut bisa terlihat lebih dalam," ujar Danan.

Namun, Danan lebih mengkhawatirkan prospek perusahaan pembiayaan atau multifinance. Seperti yang diketahui, mayoritas multifinance mengandalkan perbankan sebagai sumber utama pendanaannya. Di tengah potensi perlambatan kinerja perbankan, ada kekhawatiran pendanaan ke perusahaan multifinance ikut tersendat.

"Yang kami pantau, sektor perbankan cenderung mengerem pendanaan ke sektor multifinance, ini sedang kami kaji juga dampaknya ke beberapa perusahaan multifinance di portoflio kami, terutama multifinance yang independen dan tidak memiliki afiliasi ke bank lain atau APPM," papar Danan.

Adapun, Danan mengatakan, mayoritas perusahaan multifinance yang ada dalam portofolio Pefindo memang belum terpengaruh signifikan, meski ada beberapa. "Tapi, kalau sentimen saat ini bertahan enam bulan sampai setahun ke depan, pengaruhnya akan makin besar dan kami mungkin akan lakukan rating action, baik penurunan atau menjadi negatif untuk sektor multifinance," ujar Danan.

Ia menyimpulkan, kenaikan risiko pada penerbitan surat utang di sektor keuangan memang ada. Namun, pemburukan yang terjadi di sektor perbankan tahun ini lebih banyak pada rasio-rasio keuangan lantaran faktor sentimen makroekonomi saat ini. Sementara, risiko pada sektor multifinance meningkat seiring kondisi likuditas yang mengetat akibat pendanaan bank yang makin konservatif.

Sementara, dari sisa mandat yang diterima Pefindo per kemarin, Rabu (19/9), sektor perbankan dan pembiayaan masih mendominasi penerbitan surat utang. Rencana emisi sektor bank tercatat mencapai Rp 15,5 triliun dengan jumlah 8 perusahaan, sedangkan rencana emisi sektor pembiayaan sebesar Rp 3,9 triliun dari total 4 perusahaan. Secara keseluruhan, Pefindo masih memegang mandat pemeringkatan untuk penerbitan surat utang sebesar Rp 40 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×