Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi Kanada dan Inggris menginisiasi aliansi global baru untuk menghentikan penggunaan batubara pada 2030 menjadi salah satu tantangan bagi produsen batubara di dalam negeri. Aliansi internasional bertajuk Powering Past Coal Alliance itu merangkul 20 negara dan dua negara bagian Amerika Serikat.
Terkait hal itu, Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyebut, konsumsi batubara masih berpeluang tumbuh tahun depan. Hal itu, seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara yang masih menggunakan bahan baku energi batubara, seperti China dan Amerika Serikat.
"Namun, penjualan batubara tidak bisa ekspansi ke negara yang bergabung dalam aliansi penghentian pemakaian batubara," katanya.
Dia memproyeksikan, tahun ini PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 27,51 triliun atau naik 19%, dan laba bersih Rp 3,5 triliun atau naik 30%.
Sedangkan, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) diprediksi bisa membukukan pendapatan Rp 17,2 triliun atau naik 23% dan laba bersih Rp 2,75 triliun naik 37%. "PTBA lebih banyak menjual domestik, khususnya ke PLN," kata Bertoni.
Bertoni merekomendasikan hold saham PTBA dan ADRO. Namun, dia mematok target harga saham ADRO sebesar Rp 2.100 dan PTBA Rp 12.300.
Pada perdagangan Senin (20/11), saham ADRO ditutup pada level Rp 1.755 dan PTBA ditutup pada Rp 11.175.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News