Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sudah menyiapkan alternatif untuk menjaga permintaan batubara terkait makin gencarnya pengetatan penggunaan batubara karena isu lingkungan.
Seperti diketahui, baru-baru ini, Kanada dan Inggris menginisiasi sebuah aliansi global baru untuk menghentikan penggunaan batubara pada 2030. Aliansi internasional bertajuk Powering Past Coal Alliance itu merangkul 20 negara dan dua negara bagian Amerika Serikat.
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman menyebut, isu terkait dengan pengetatan permintaan batubara dari Eropa sudah terdengar sebelumnya. Diantaranya lewat Paris Agreement pada 2015. Itu sebabnya, PTBA sudah mempersiapkan alternatif untuk menjaga permintaan batubara. "Saat ini, belum begitu terpengaruh dari kebijakan itu. Tapi tetap kami antisipasi," kata Suherman kepada KONTAN, Senin (20/11).
Menurutnya, saat ini, permintaan dari domestik masih cukup besar. Khususnya, kontrak tersebut datang dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dibandingkan dengan total produksi Indonesia, PTBA mewakili 15%-16% dari total produksi nasional. "Sementara ini, kami kan hampir 60% suplai untuk kepentingan domestik. Dari 60% itu, 70% diantaranya ke PLN grup," papar Herman.
Pasar batubara PTBA, saat ini, masih banyak di kawasan Asia dan tidak sampai ke Eropa, seperti Jepang, Malaysia, dan Thailand. Negara yang menjadi tujuan pasar paling baru diantaranya di India, Vietnam, dan Filipina.
Untuk itu, meskipun beberapa negara Eropa sudah masuk dalam aliansi tersebut, PTBA yakin negara-negara di Asia masih membutuhkan batubara. "Kami yakin, beberapa tahun ke depan, isu itu belum akan menjadi masalah untuk PTBA," imbuhnya.
Sadar tak selamanya permintaan batubara dari eskpor akan stabil, PTBA juga memiliki bisnis diversifikasi. Dia menyatakan, PTBA akan menjual listrik dengan bahan bakar energi dari batubara. Hal ini menjadi langkah PTBA untuk memaksimalkan serapan batubara dari dalam negeri.
Meski demikian, PTBA tetap akan meningkatkan volume penjualan batubara ke pasar ekspor. Hanya saja untuk mengejar target tersebut, PTBA masih menghadapi kendala berupa angkutan transportasi. "Kalau masih ada peluang, ya kami akan masuk lagi ke ekspor dengan penambahan volume," katanya.
Suherman menambahkan, faktor volatilitas harga batubara pada pasar global sangat tinggi. Sedangkan bila membidik pasar domestik, tidak begitu saja terserap oleh pasar. Namun, saat ini PTBA sudah mengantongi kontrak kerja sama domestik dengan PLN dan perusahaan semen sudah memenuhi kontrak selama setahun. "Tidak cepat mencari pembeli dalam jangka waktu setahun itu. Jadi tantangannya di situ," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News