kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Analis: Green Index yang baru akan menarik jadi acuan portofolio


Senin, 10 Juni 2019 / 15:51 WIB
Analis: Green Index yang baru akan menarik jadi acuan portofolio


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan Yayasan Keaneka Ragaman Hayati Indonesia (Kehati) tahun ini akan meluncurkan indeks hijau (green index). Analis menilai dibuatnya indeks ini akan menarik sebagai acuan portofolio.

Asal tahu saja, saat ini negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS) mulai selektif dan peduli terhadap green investment. Melihat pertumbuhan green investment di Indonesia yang juga baik, BEI akan memberi opsi alternatif investasi yang lebih peduli terhadap lingkungan. Indeks ini akan menjadi langkah pertama BEI dalam memberikan label green pada emiten yang memenuhi standar Environmental Social Governance (ESG).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan dibuatnya indeks ini akan menarik jadi acuan portofolio.

“Misalnya saja indeks Sri Kehati yang berisi 25 saham yang kapitalisasinya besar dan tergolong blue chip, sejauh ini kinerjanya lebih baik dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (10/6).

Wawan bilang sudah ada beberapa reksadana yang menggunakan Sri Kehati sebagai indeks acuannya. Untuk investor dalam negeri Sri Kehati menarik karena kinerjanya yang beat the index. Adapun konstituen Sri Kehati dengan kapitalisasi terbesar di IHSG ada di Sri Kehati kecuali emiten rokok.

Menurut Wawan dengan memberikan label ke saham-saham yang memenuhi standar ESG akan memberikan acuan alternatif bagi investor. 
Sebab "Green Company" umumnya adalah perusahaan yang sudah establish dan stabil sehingga membuat kinerjanya relatif baik.

Senada seperti yang dijelaskan analis Ayers Asia Asset Management Ivan H. Likumahuwa bahwa performa indeks hijau seperti Sri Kehati masih oke dan menarik.

“Apalagi jika dibandingkan dengan IHSG, indeks green relatif lebih menarik,” jelasnya.

Ivan bilang saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai selektif memilih emiten yang berbasis green. Hal ini terlihat dari kesadaran akan lingkungan membaik dibandingkan 5 tahun-10 tahun yang lalu.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menjelaskan green index yang baru bisa menjadi alternatif investasi terhadap pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG).

“Hingga saat ini indeks green yang rencananya akan dirilis akhir tahun sedang dalam pengembangan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (10/6).

Indeks hijau yang baru tidak banyak berbeda seperti indeks Sri Kehati. Hasan mengakui indeks Sri Kehati tetap ada dan akan terus disempurnakan. Namun yang membedakannya adalah indeks ini akan menetapkan label green kepada saham-saham yang memenuhi kriteria ESG.

Hasan bilang pemilihan konstituen akan dilakukan bersama Yayasan Kehati, rencana ini masih diolah dan diharapkan bisa launching akhir tahun ini.

“Sampai saat ini Indonesia belum memiliki green composite. Jadi kita coba buat untuk menjadi pedoman khusus bagi masyarakat yang mau transaksi di saham tertentu khususnya yang berbasis SDG,” ujarnya.

Konstituen yang mengisi green index akan dipilih oleh BEI dan komite khusus dari yayasan Kehati yang terdiri dari akademisi, pemerhati lingkungan, dan pihak lainnya.

Kontribusi BEI adalah menyaring konstituen yang dinilai dari fundamental dan likuiditas perusahaan. Komite khusus dari Yayasan Kehati akan menyaring lebih lanjut sesuai dengan standar ESG.

Hasan berharap setelah diluncurkannya indeks ini, BEI bersama yayasan kehati atau lembaga sertifikasi green bersama Kehati menjadi tenaga yang menetapkan efek green.

Asal tahu saja hingga saat ini green investment di negara maju seperti Jepang dan Eropa sangat disiplin tentang pilihan investasinya. Hasan bilang banyak yang tidak mau lagi investasi di emiten yang non-green.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×