kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Emiten CPO dibayangi larangan impor, LSIP cukup kebal


Senin, 22 Januari 2018 / 20:39 WIB
Analis: Emiten CPO dibayangi larangan impor, LSIP cukup kebal
ILUSTRASI. INDOFOOD LONSUM MOVER


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persetujuan anggota Parlemen Uni Eropa terkait rencana larangan impor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di 2021, dipandang bisa berdampak negatif terhadap kinerja emiten perkebunan kelapa sawit. Meski begitu, analis menilai, mereka masih punya peluang dalam beberapa tahun sebelum aturan ini efektif diberlakukan.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyebut, keputusan mayoritas anggota parlemen Eropa yang menyetujui rencana pelarangan impor CPO sebagai bahan dasar biodiesel pada tahun 2021, tak hanya jadi sentimen untuk beberapa tahun ke depan, namun juga berpengaruh untuk saat ini.

"Hal ini mempengaruhi harga CPO sekaligus membuat investor secara perlahan mulai keluar dari saham-saham CPO," ujarnya, Senin (22/1).

Namun, ia melihat emiten CPO, seperti PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) masih punya peluang selama beberapa tahun sebelum harga CPO benar-benar berada di tren pelemahan ketika peraturan ini diterapkan. Masih ada harapan peningkatan kinerja emiten CPO setidaknya untuk tiga tahun ke depan.

Selain memperhatikan kelanjutan kebijakan pelarangan impor CPO dari Eropa, para pelaku pasar juga harus memperhatikan kebijakan impor CPO dari India selaku pengimpor terbesar di dunia. Pasalnya, hal tersebut juga dianggap bisa menghambat kinerja para emiten CPO di masa depan.

Meski hampir semua saham emiten CPO di pasar dianggap bakal terpengaruh sentimen global itu, namun William menilai, saham SIMP dan LSIP tak akan terpengaruh signifikan.

"Penetrasi penjualan LSIP di pasar domestik mencapai 52% sehingga saham ini cukup kebal terhadap sentimen dari Eropa maupun India. Hal ini ikut membuat SIMP yang merupakan induk usahanya juga tak terpengaruh pada sentimen global ini," terang William.

Ia merekomendasikan buy secara bertahap saham LSIP dengan target harga Rp 1.500 dan Rp 1.850. Pada penutupan perdagangan Senin (22/1), saham LSIP menguat 2,59% ke level Rp 1.385 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×