Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tengah menghadapi kondisi yang cukup menantang. Ada surat utang dengan nilai pokok total Rp 900 miliar yang akan jatuh tempo pada April 2018.
Padahal, ketersediaan kas AISA sangat terbatas. Per September 2017, kas dan setara kas AISA hanya sekitar Rp 126 miliar.
Kemampuan AISA untuk mencari sumber dana baru juga terbatas. Hal ini menyusul ditolaknya rencana AISA untuk melakukan pemisahan atau spin off unit usaha berasnya, PT Dunia Pangan.
Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, dengan kondisi keuangan AISA saat ini sudah hampir bisa dipastikan AISA harus mencari pendanaan eksternal untuk melunasi pokok surat utang tersebut.
Salah satu cara yang paling besar peluangnya adalah, kembali melanjutkan obligasi untuk refinancing yang akan jatuh tempo April 2018. "Tentunya dengan kupon yang lebih besar, meski hal ini juga tergantung dari negosiasi bersama pemegang obligasi," ujar David kepada KONTAN, Kamis (7/12).
Asal tahu saja, surat utang tersebut terbagi menjadi obligasi senilai Rp 600 miliar dan sukuk ijarah Rp 300 miliar. Kupon dan fee ijarah masing-masing sebesar 10,25% dan Rp 30,75 miliar per tahun.
Jika mencari pinjaman, menurut David, hal ini akan lebih sulit. Sebab, perbankan juga selektif dalam memberikan kredit.
Rights issue juga bukan berarti tanpa hambatan. Dalam kondisi seperti ini, belum tentu pasar mau menyerap saham AISA. "Kecuali jika AISA memiliki investor strategis," imbuh David.
Satu hal yang menarik, harga saham AISA hari ini justru melesat 9,05% ke level Rp 530 per saham ditengah batalnya rencana spin off tersebut. David menilai, hal ini terjadi lantaran pasar menilai AISA tidak akan kehilangan asetnya untuk sementara waktu.
Meski demikian, David masih merekomendasikan hold saham AISA. Target harga darinya Rp 550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News