kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,16   5,85   0.64%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: AALI bakal terpengaruh pungutan ekspor CPO


Kamis, 16 April 2015 / 19:26 WIB
Analis: AALI bakal terpengaruh pungutan ekspor CPO
ILUSTRASI. Nonton Attack on Titan The Final Chapters Part 2 Mulai Kapan? Berikut Sinopsisnya


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pungutan ekspor untuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) resmi berlaku mulai pekan ini. Produsen kelapa sawit yang melakukan ekspor CPO akan dikenakan US$ 50 per ton. Kemudian ekspor produk turunan CPO dipungut US$ 30 per ton.

Analis Sucorinvest Central Gani Andy Wibowo Gunawan menilai, emiten sawit yang melakukan ekspor akan terbeban oleh ketentuan pungutan tersebut. Menurutnya ini merupakan sentimen negatif yang dapat mempengaruhi kinerja emiten perkebunan. "Untuk margin bisnis hilir, pungutan ini berpengaruh signifikan. Tapi secara total pendapatan emiten, tak berpengaruh signifikan," ucap Andy, kepada KONTAN, Kamis, (16/4).

Ia mengungkapkan, beberapa emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung memiliki porsi ekspor yang mungil. Namun dari semuanya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang akan cukup terkena dampak dari pungutan ekspor. Andy bilang, pendapatan AALI dari olein memang masih rendah, namun AALI berencana membesarkan bisnis hilir tersebut kedepannya.

Saat ini, emiten perkebunan miliki Grup Astra tersebut menyalurkan seluruh penjualan olein untuk pasar luar negeri. “Kita tidak ekspor CPO. Kalau olein kita baru mulai produksi. Semuanya untuk ekspor,” ucap Direktur AALI Joko Supriyono, beberapa waktu lalu.

Tahun lalu, AALI menjual 255.073 ton olein. Dengan pungutan ekspor US$ 30 per ton, artinya AALI terkena pungutan sekitar US$ 7,65 juta.

Rencana pungutan ini dianggap pemerintah bisa mengerek harga CPO karena meningkatnya permintaan domestik. Namun sebaliknya, Andy merasa ini tak akan mempengaruhi suplai CPO secara signifkan. Ia memperkirakan, harga CPO tahun ini akan bergerak di kisaran RM 2.300-2.500 per ton.

Rencananya pemerintah akan mengumpulkan hasil pungutan ke dalam CPO Supporting Fund (CSF). Dana itu akan dimanfaatkan untuk menggenjot penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN). Pemerintah pun mengerek kewajiban penggunaan biodiesel dari 10% menjadi 15%.

Andy menilai bahwa rencana pemerintah menaikkan kewajiban penggunaan biodiesel tak akan berpengaruh besar menaikkan permintaan CPO. Saat ini pun, realisasi penggunaan biodiesel yang telah terserap cenderung masih kecil.

Andy merekomendasikan buy PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dengan target harga Rp 2.500. Menurutnya, SGRO berfokus di hulu dan jumlah ekspornya yang tak terlalu besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×