kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anak usaha diperkirakan sulit bayar obligasi, ini kata Delta Dunia Makmur (DOID)


Kamis, 03 September 2020 / 19:15 WIB
Anak usaha diperkirakan sulit bayar obligasi, ini kata Delta Dunia Makmur (DOID)
ILUSTRASI. Buma telah mengantongi persetujuan untuk menerbitkan obligasi dalam dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 750 juta


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Services menilai, kontraktor jasa penambangan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma) yang merupakan anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menghadapi dua tantangan besar, yakni jatuh tempo obligasi pada Februari 2022 dan tren penurunan harga batubara.

Per semester I-2020, Moodys’s mengatakan posisi kas Buma mencapai US$ 150 juta atau hampir tiga kali lipat dari rata-rata historis, yakni sekitar US$ 50 juta. Sebenarnya, saldo kas dan kas operasional Buma per 30 Juni 2020 tersebut cukup untuk membayar utang yang telah terjadwal sampai 18 bulan ke depan. Namun, bantalan kas Buma sebenarnya tipis dan diperkirakan tidak akan cukup untuk membayar kembali obligasi senilai US$ 350 juta yang jatuh tempo pada Februari 2022.

Menanggapi hal ini, Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan, arus kas bebas (free cash flow) BUMA masih terkelola dengan baik, dengan rincian arus kas bebas (free cash flow) sebesar US$ 148 juta dan posisi kas mencapai US$ 195 juta. Di sisi lain, obligasi tersebut masih akan jatuh tempo pada tahun 2022 mendatang.

Baca Juga: Moody's: Jatuh Tempo Obligasi dan Harga Batubara Jadi Tantangan Besar Bagi BUMA

Di sisi lain, Buma telah mengantongi persetujuan untuk menerbitkan obligasi dalam dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 750 juta dari pemegang saham pada Juli. Keputusan ini akan berlaku selama satu tahun.

“Jadi, kami terus memantau pergerakan pasar dan mungkin akan melakukannya sebelum tenggat waktu itu. Dalam satu tahun, kami perlu memantau pasar kapan kami dapat membiayai kembali (refinancing) pada waktu yang tepat,” ujar Regina saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (3/9).

Moody's memperkirakan Buma akan berusaha membiayai kembali (refinancing) obligasi tersebut akhir tahun ini. Namun, Moody’s menilai penerbitan obligasi baru tersebut cukup sulit karena kondisi pasar untuk penerbitan obligasi dolar AS dengan imbal hasil tinggi di Indonesia masih lemah.

Baca Juga: Fluktuasi Kurs Menyulut Kerugian PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) di Semester I

Per semester I-2020, DOID mengantongi  pendapatan sebesar US$ 352,09 juta, turun 19,58% secara tahunan. Sementara itu, DOID membukukan kerugian senilai US$ 7,86 juta, berbanding terbalik dari capaian pada semester I-2019 dengan laba bersih senilai US$ 4,06 juta.

DOID masih akan berfokus pada efisiensi, yang merupakan kunci untuk meningkatkan kinerja di tengah kemerosotan harga batubara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×