kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Alasan anak usaha AISA cari pinjaman sebelum IPO


Jumat, 27 Juni 2014 / 12:48 WIB
Alasan anak usaha AISA cari pinjaman sebelum IPO
ILUSTRASI. 5 Makanan yang Baik Dikonsumsi untuk Kesehatan Mata


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ada banyak aksi korporasi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) untuk memperbesar anak usahanya, yakni PT Bumiraya Investindo. Caranya bermacam-macam, mulai dari pinjaman perbankan, private placement, hingga initial public offering (IPO).

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, AISA telah membentuk anak usaha bernama PT Golden Plantation yang merupakan induk dari Bumiraya. Nantinya, aset Bumiraya terkonsolidasi ke Golden, dan Golden inilah yang bakal menggelar hajatan IPO.

Nah, yang perlu dicermati adalah Bumiraya justru meneken perjanjian pinjaman sindikasi senilai US$ 125 juta. Pinjaman tersebut diperoleh dari Permata Bank, Rabobank, Indonesia Exim Bank, dan RHB.

Sjambirie Loe, Direktur Keuangan AISA bilang, ini memang merupakan strategi perusahaan sebelum mengeksekusi IPO anak usahanya yang bergerak di industri perkebunan itu. "Memang kami cari pinjaman sebelum dijual," imbuhnya.

Alasannya, untuk meyakinkan calon investor bahwa Bumiraya memiliki dana untuk ekspansi. Oleh sebab itu, AISA mencarikan pinjaman untuk Bumiraya mulai saat ini.

"Jadi, nanti jika calon investor bertanya apakah Bumiraya punya duit untuk memperluas kebunnya? Nah, jawabannya, ya, dengan pinjaman itu Bumiraya sudah bisa secure pendanaan ekspansinya," tutur Sjambirie.

Mengingatkan saja, pinjaman sindikasi yang baru saja diperoleh itu terbagi dalam dua seri. Pertama, pinjamannya dalam bentuk term loan US$ 100 juta, dan yang kedua merupakan revolving loan US$ 25 juta.

Untuk seri term loan, bunga yang diberikan mengacu oada libor +6% dan memiliki tenor lima tahun plus tambahan dua tahun perpanjangan bila dibutuhkan. Sementara untuk seri kedua memiliki bunga dengan acuan libor 5,85% dengan skema pembayaran rollover setiap tahunnya.

Rencananya, seluruh pinjaman ini akan digunakan sebagai sumber pendanaan perluasan lahan tertanam sawit menjadi 14.000 hektare. Di saat bersamaan, tentunya manajemen juga pasti melakukan perawatan tanaman serta pembangunan infrastruktur pendukung.

Oleh sebab itu, sebagian kecil pinjaman tersebut, tepatnya US$ 25 juta merupakan pinjaman modal kerja atau revolving loan. "Seluruh proses itu akan dikerjakan dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun.

Informasi saja, saat ini Bumiraya Investindo memiliki dan mengelola 7 perkebunan kelapa sawit. Sebanyak 4 perkebunan berada di Kalimantan dan 3 lainnya di wilayah Sumatera. Total area konsesi tercatat seluas 79.000 ha dengan luas lahan tertanam 17.000 ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×