Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) kembali mengakuisisi perusahaan tambang mineral. Melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), UNTR kembali mengakuisisi perusahaan nikel, yakni PT Anugerah Surya Pacific Resources.
Nilai keseluruhan atas transaksi tersebut sebesar US$ 104,91 juta atau setara dengan Rp 1,64 triliun.
“Perihal dana, ini berasal dari kas internal,” terang Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10).
Asal tahu, PT Anugerah Surya Pacific Resources merupakan perusahaan yang bergerak di bidang aktivitas perusahaan holding atas perusahaan tambang nikel dan kegiatan usaha lainnya terkait nikel.
Baca Juga: Penjualan Alat Berat Menurun, Begini Strategi United Tractors (UNTR)
Pada 16 Oktober 2023, Danusa Tambang Nusantara telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat alias conditional shares sale and purchase agreement (CSPA) dengan tiga Perusahaan, meliputi PT Kalira Pascama (KP), PT Bintang Prima Investama (BPI) dan PT Anugerah Dayakaya Angkasa (ADA).
Adapun tujuan akuisisi ini adalah untuk menambah portofolio diversifikasi kegiatan usaha UNTR sebagai bagian dari strategi berkesinambungan dan melanjutkan pengembangan lebih luas dari grup usaha di bidang nikel.
Setelah penandatanganan seluruh CSPA ini, baik Danusa Tambang Nusantara maupun Anugerah Surya Pacific Resources, PT Kalira Pascama, PT Bintang Prima Investama, dan PT Anugerah Dayakaya Angkasa akan melakukan pemenuhan persyaratan pendahuluan (condition precedents) dengan tanggal akhir penyelesaian akan jatuh paling lambat pada tanggal 31 Desember 2023 atau pada waktu lain yang disepakati oleh semua pihak.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, tambang nikel menjadi salah satu lini bisnis yang memiliki prospek cerah. Pesona nikel ditopang khususnya dari sisi industrialisasi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Hal inilah yang menarik sejumlah emiten untuk merangsek masuk ke bisnis nikel.
Selain itu, faktor diversifikasi bisnis juga menjadi pendorong emiten untuk mengakuisisi aset nikel, mengingat sektor batubara relatif cukup fluktuatif dan harga saat ini sudah mengalami normalisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News