Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) untuk melakukan akusisi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dinilai sudah sangat tepat terutama untuk menguasai pasar domestik.
Sebelumnya diinformasikan bahwa Lafarge Holcim, pemilik mayoritas saham SMCB akan melepas 80,6% kepemilikan mereka di SMCB. Nah, peluang inilah yang diambil oleh PT Semen Indonesia (SMGR) yang mengakuisisi saham tersebut. Nilai akuisisinya tak tanggung-tanggung. Yakni sebesar US$ 917 juta.
Menurut Fahressi Fahalmesta, Analis Ciptadana Sekuritas Asia, tindakan Semen Indonesia mengakuisisi Holcim merupakan hal tepat dan mampu membesarkan kapasitas produksinya. Ia bilang, Holcim merupakan perusahaan semen nomor tiga terbesar di Indonesia yang memiliki kapasitas produksi 15 juta ton per tahun.
“Nah akuisisi ini akan membesarkan Semen Indonesia, dimana 50% kapasitasnya akan bertambah. Jadi secara market oligopoli, dengan kapasitas besar, maka persaingan harga akan meningkat,” ucapnya kepada Kontan.co.id, Senin (19/11).
Sebelumnya, Fahressi melihat bahwa SMGR memangkas average selling price (ASP) hingga 3,7%. Kini, ASP bisa ditingkatkan lagi karena iklim persaingan yang tinggi. Sekedar informasi saja, pabrik semen SMGR sangat dominan, berada mulai dari Pulau Sumatra hingga Papua. Dengan terealisasinya akuisisi, SMGR bisa meraup pangsa pasar Holcim yang dominan di Jawa Barat. “Tidak perlu mendirikan pabrik lagi, tetapi masih bisa memenuhi permintaan dari Jawa Barat,” pungkasnya.
Hampir sama dengan Fahressi, analis MNC Sekuritas, Sukisnawati Puspitasari menilai akuisisi SMGR terhadap saham Holcim akan menimbulkan dampak yang positif dalam waktu jangka panjang. Pasalnya, Sukisnawati melihat SMCB merupakan produsen semen terkenal di Indonesia dan karena akuisisi ini akan berdampak besar terhadap market share Semen Indonesia (SMGR). “Saat ini market share SMGR sekitar 40% sedangkan SMCB sekitar 15% sampai 17%. Jika digabung menjadi 55% sampai 60%,” katanya.
Disamping itu, Sukisnawati juga menganggap dampak dari akuisisi ini juga menjadi peluang SMGR untuk meningkatkan ASP khususnya wilayah Jawa. Ia mencatat manajemen SMGR sempat mengklaim sudah meningkatkan ASP sekitar 5% di hampir seluruh Indonesia kecuali Jawa.
“Karena kalau dilihat di Jawa sulit untuk menaikkan ASP, dan memang pemain-pemain industri semen masih kecil di Jawa. Nah, untuk di Jawa Barat, pangsa pasar terbesar itu INTP dan SMCB. Setelah akuasisi otomatis peluang SMGR naikkan ASP bisa besar,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News