Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan. Hingga akhir sesi I, net sell memang tercatat Rp 30 miliar. Tapi pagi tadi (21/3), asing sempat agresif melakukan aksi jual hingga net sell sempat menyentuh angka Rp 270 miliar.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities bilang, keputusan The Fed untuk melakukan pengurangan nilai pembelian obligasi sebesar US$10 miliar menjadi US$55 miliar setiap bulan dan rencana kenaikan Fed rate dengan target 1% dari awal hingga akhir 2015 memicu aksi profit taking.
Hal ini yang membuat net sell asing tampak besar jika dilihat secara harian. Tekanan tersebut kemungkinan besar masih akan berlanjut hingga sore nanti. "Kalau harian memang cukup besar, tapi kalau dibanding net buy sebelumnya, angka itu masih wajar," tambah Reza.
Senada, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menilai, sentimen dari The Fed menjadi pemicu indeks tertekan. Satu hal yang perlu diingat, Jokowi Effect juga mulai mereda.
"Jadi, penglihatan pelaku pasar kembali normal, mereka mulai kembali melihat ke kondisi regional," tandas Satrio.
Kebetulan, belum ada sentimen yang positif dan benar-benar atraktif dari bursa regional. Sementara, dari dalam negeri sendiri pun pelaku pasar masih cenderung wait and see terkait berbagai kabar kelanjutan pemilu. Pelaku pasar telah memanfaatkan Jokowi effect, tapi saat ini mereka tengah menunggu siapa yang bakal menjadi pendamping Jokowi.
Satrio menambahkan, pergerakan indeks hingga sore nanti kemungkinan besar tidak akan berubah banyak, tekanan masih akan berlanjut. IHSG tengah melakukan konsolidasi di level support dan menguji level yang terjadi sebelum Jokowi effect merebak.
"Net buy asing sudah sekitar Rp 3 triliun-Rp 5 triliun, jadi kalau melihat net sell Rp 270 miliar, ya, masih normal, lah," pungkas Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News