Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bisnis batubara PT AKR Corpindo Tbk (AKRA) bergulir kencang. Setelah memulai kegiatan produksi di paruh kedua tahun lalu, AKRA kini memperkuat infrastruktur logistik untuk bisnis tambang batubaranya.
Ada empat agenda pengembangan infrastruktur logistik yang digarap anak usaha AKRA, PT Anugrah Karya Raya, alias AKR Coal. Masing-masing, pembangunan hauling di Kalimantan Tengah, pelabuhan di Buntok Baru serta stockpile penghubung di Teluk Timbau. AKR Coal juga berniat membangun pelabuhan sungai di Muara Teweh.
AKR Coal, kini, baru menggarap satu konsesi, dari lima konsesinya. Total area kelima konsesi itu 24.388 hektare (ha). Di masa awal produksinya, AKRA cuma menargetkan output sebesar 1 juta metrik ton (MT).
Pendapatan naik
Yualdo T Yudoprawiro, Analis Samuel Sekuritas Indonesia menilai kontribusi batubara terhadap kinerja AKRA di tahun ini, masih terbatas. Hitungan Yualdo, sekitar 1% dari total pendapatan AKRA.
Namun AKRA bisa menikmati kontribusi lumayan dari menawarkan jasa infrastruktur penunjang yang kini dibangun. Infrastruktur semacam terminal dan dermaga di Buntok Baru bisa disewakan AKRA. "Bisnis logistik dan distribusi seperti ini merupakan keahlian AKRA," kata Yualdo, Selasa (1/5).
Dari penyediaan jalur serta stockpile, hitungan Yualdo, AKRA bisa mendapatkan kontribusi pendapatan sekitar 5%-10%. Proyeksi Yualdo, seluruh infrastruktur yang dibangun AKRA bisa mulai beroperasi tahun depan.
Di tahun ini, AKRA masih mengandalkan bisnis bahan bakar, dengan menyumbang hingga 80% dari pendapatan AKRA. Sisa pendapatan AKRA berasal dari manufaktur (4%) dan chemical (16%).
Ananita Mieke K, analis Danareksa Sekuritas, menuturkan, lini usaha batubara hingga kuartal 1-2012 baru menyumbang kurang dari 1% pendapatan AKRA, sekitar
Rp 37 miliar.
Di periode itu, AKRA mengantongi pendapatan Rp 5,14 triliun, meningkat 18% year on year. Pendapatan meningkat, mengikuti pertumbuhan penjualan segmen chemical dan petroleum, masing-masing 28% dan 17% dari periode yang sama tahun lalu.
Yualdo memperkirakan, pendapatan AKRA tahun ini Rp 22,34 triliun, dengan laba bersih Rp 998 miliar. Asumsi Yualdo, AKRA mampu menjual 25 juta kiloliter (KL) bahan bakar selama tahun ini.
Hitungan Ananita, pendapatan dan laba bersih AKRA untuk tahun ini masing-masing Rp 23,39 triliun dan Rp 768 miliar. Sekadar perbandingan, tahun lalu pendapatan dana laba bersih AKRA masing-masing Rp 18,81 triliun dan Rp 2,29 triliun.
Adi N. Wicaksono, Analis Kim Eng Securities, merekomendasikan hold dengan target harga Rp 3.825 per saham. Harga itu mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 21,3 kali. Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities merekomendasi buy dengan target harga Rp 4.600.
Yualdo merekomendasikan hold dengan target harga Rp 4.200 per saham. Target harga itu mencerminkan PER 16,4 kali. "Jika PER yang jadi ukuran, harga AKRA sudah mahal," kata Yualdo.
Harga AKRA, Selasa (1/5), ditutup melemah 0,61% menjadi Rp 4.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News