Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Roda bisnis PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) bergulir cepat dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Pendapatan dan laba bersih distributor bahan bakar itu melambung tinggi.
Sampai akhir September, AKRA telah mengumpulkan laba bersih Rp 2,13 triliun. Angka itu mencerminkan pertumbuhan tahunan yang fantastis, hingga 894,4%.
Memang, laba selama tiga kuartal itu termasuk keuntungan dari penjualan saham anak perusahaan AKRA, PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (SOBI). Transaksi yang berlangsung pada Januari tahun ini memiliki nilai Rp 1,68 triliun.
Jika tidak menghitung keuntungan dari penjualan SOBI, AKRA mengantongi laba bersih Rp 456 miliar, atau meningkat 102,4%. Pertumbuhan pendapatan hingga kuartal III, sebesar 61%, merupakan rekor AKRA. Nilai pendapatan AKRA sekitar Rp 5,32 triliun.
Pendapatan yang tinggi buntut dari bisnis distribusi bahan bakar yang kian laris. Dalam catatan Ananita Mieke, analis Danareksa Sekuritas, pendapatan AKRA meningkat 124% year-on-year menjadi Rp 11,5 triliun.
Layanan distribusi bahan kimia dasar AKRA turut meningkat. Pos distribusi bahan kimia dasar ini membukukan kenaikan pendapatan hingga 34% year-on-year menjadi Rp 1,89 triliun. "Pendapatan ini juga didorong kenaikan harga rata-rata bahan kimia dasar 22%," kata Ananita.
Pasar baru Lydia Suwandi, analis OSK Nusadana Securities menilai, kondisi keuangan AKRA terbilang kuat. Meski sudah membayar dividen interim kedua, yang nilai totalnya Rp 1,2 triliun, kas emiten itu masih terbilang gendut. Per akhir September 2011, nilai kas dan setara kas AKRA adalah Rp 1,33 triliun.
Adi Wicaksono analis Kim Eng Securities lebih menyorot prospek bisnis AKRA. Emiten itu dinilai berpeluang mengerek volume penjualan karena pasar distribusi bahan bakar serta bahan kimia masih luas.
Lydia menambahkan, permintaan distribusi bahan bakar masih tetap tinggi. Baik Lydia maupun Adi menilai, AKRA mampu mengantisipasi pertumbuhan pasar.
AKRA juga gencar mengejar pasar baru. Kegiatan pertambangan batubara di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua yang semakin marak, bisa mengangkat permintaan produk bahan bakar di wilayah Indonesia Timur.
Emiten itu juga mengembangkan lini usaha logistik. AKRA meningkatkan daya tampung dengan memperbanyak tangki penyimpanan bahan bakar di berbagai lokasi di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Menurut perhitungan Lydia, setiap tangki baru AKRA dapat menampung 76.900 kilo liter BBM.
Mengacu ke kinerja dan prospeknya, AKRA mengantongi rekomendasi buy dari tiga analis. Lydia dan Adi sama-sama mematok target harga Rp 3.600 per saham. Sedang target harga versi Ananita Rp 3.250 per saham.
Lydia melihat, price to earning ratio (PER) 2012 mencapai 17,2 kali. Ia menilai, kendati harga sahamnya sudah mahal, AKRA masih mampu mencapai pertumbuhan compound annual growth rate (CAGR) hingga 55% terhitung sejak 2010 hingga 2013. Harga AKRA, Kamis (27/10), ditutup menguat 1,67% menjadi Rp 3.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News