Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi I dengan kenaikan tipis 0,12, Rabu (13/4). Berdasarkan data RTI, pada pukul 12.00 WIB, posisi indeks berada di level 4.835,14.
Ada 168 saham yang melaju dan 87 saham yang tertekan. Sedangkan 82 saham lainnya diam di tempat. Volume transaksi siang ini melibatkan 4,199 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 3,802 triliun.
Secara sektoral, ada enam sektor yang menghijau. Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi di antaranya: sektor pertambangan naik 2,08%, sektor industri dasar naik 1,88%, dan sektor konstruksi naik 0,88%.
Di sepanjang paruh pertama transaksi, investor asing membukukan net sell di seluruh market senilai Rp 99,9 miliar. Sedangkan di pasar reguler, nilai net sell asing mencapai Rp 110 miliar.
Saham-saham indeks LQ 45 dengan kenaikan terbesar antara lain: PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 6,14% menjadi Rp 7.350, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 4,24% menjadi Rp 2.825, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 4,16% menjadi Rp 2.130.
Sedangkan posisi top losers indeks LQ 45 siang ini dihuni oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 2,11% menjadi Rp 1.395, PT PP London Sumatra Tbk (LSIP) turun 1,72% menjadi Rp 1.710, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 1,71% menjadi Rp 43.200.
Bursa Asia menghijau
Kenaikan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa Asia. Pada pukul 13.24 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific melaju 1,7%, naik untuk hari keenam.
Ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan indeks regional. Pertama, lompatan harga minyak dunia ke atas US$ 40 per barel.
Kedua, pelemahan yen pada siang ini sebesar 0,3% versus dollar AS. Kondisi ini menyebabkan saham-saham eksportir di Jepang menjadi incaran.
Ketiga, data ekspor China yang positif. Mengutip data yang dirilis pemerintah China, tingkat pengiriman barang ke luar naik 11,5% dalam mata uang dollar pada Maret dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, pada Februari lalu, ekspor China anjlok 25% seiring tutupnya pabrik dan perkantoran karena perayaan Tahun Baru Imlek.
Sedangkan tingkat impor China mengalami penurunan ke level terendah dalam 17 bulan terakhir sebesar 7,6% pada Maret. Alhasil, China menorehkan penurunan surplus neraca perdagangan senilai US$ 29,9 miliar, terkecil dalam setahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News