Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Emiten konsumer PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk menatap optimistis tahun ini. Emiten dengan kode saham AISA ini berharap bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 7,6 triliun, tumbuh 16,9% dibanding pendapatan tahun lalu Rp 6,5 triliun.
Tahun ini AISA mengalokasikan anggaran Rp 560 miliar. Rencananya anggaran ini bakal dibagi dua, yaitu untuk ekspansi bisnis makanan sebesar Rp 465 miliar dan investasi bisnis beras Rp 95 miliar.
Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja berpendapat target tersebut bisa terealisasi, seiring fokus AISA menggarap segmen beras yang memiliki margin lebih tinggi. Tahun ini AISA mematok target margin beras menjadi 21%. Di 2016, margin beras mencapai 19%. "Kami melihat, ekspektasi kenaikan margin sejalan dengan perluasan mitra usaha untuk label Maknyus," kata Marlene dalam riset 3 Mei 2017.
Meski ada kenaikan harga beras kualitas medium dan premium sekitar Rp 200-Rp 500 per kilogram, dengan merek yang unggul, AISA mampu mengalihkan kenaikan harga beras kepada konsumen. Apalagi prospek pertumbuhan divisi beras masih tinggi, mengingat konsumsi beras per kapita mencapai 140 kilogram per orang per tahun.
Analis Ciptadana Sekuritas Edward Lowis berpendapat, AISA bakal menghasilkan kinerja yang konsisten tahun ini, didukung pertumbuhan yang kuat di bisnis makanan dan beras. Edward memprediksi AISA bakal menjual 400.000 ton beras tahun ini, dengan margin kotor 20%.
Selain itu, AISA memiliki produk Bihunku yang cepat menembus pasar mi instan dalam negeri. Produk ini punya potensi pertumbuhan kuat. AISA memperkirakan penjualan Bihunku tahun ini bakal meningkat 40% year on year. "Penjualan diperkirakan tembus Rp 732 miliar atau menyumbang 10% dari total pendapatan," kata Edward.
Analis Kresna Securities Stella Amelinda menyebut, AISA menerapkan strategi perluasan tenaga untuk mengerek penjualan Bihunku. AISA menggaet 400 tenaga penjual untuk produk ini. "Selain untuk produk Bihunku, ASIA juga akan merekrut 400 tenaga penjual untuk produk makanan ringan Taro," terang Stella.
Menurut Marlene, performa AISA juga bakal ditunjang oleh penyelesaian pabrik baru di Solo, Jawa Tengah. AISA menargetkan, pabrik ini bisa rampung pada akhir kuartal tiga tahun ini.
AISA akan menggunakan pabrik baru ini untuk memproduksi Capri Sun, yaitu produk minuman kantong (pouch) asal Jerman dengan kapasitas sebanyak 12.000 pouch per jam. Tiga pilar menanamkan investasi Rp 100 miliar di pabrik ini.
Stella menambahkan, kinerja AISA juga bakal terdorong oleh penambahan kapasitas beras. AISA berencana membangun dua pabrik baru di Sidrap dan Bone, Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 240.000 ton per tahun. Pembangunan pabrik ini dilakukan pada kuartal II ini dengan investasi keduanya mencapai Rp 600 miliar. Jika tak ada aral melintang, pabrik akan beroperasi 2018.
Stella melihat, kinerja AISA tahun lalu berada di atas ekspektasi. Pendapatan dan laba bersih masing-masing tumbuh 8,9% dan 83,5% menjadi Rp 6,5 triliun dan Rp 593 miliar. Penjualan ini didorong oleh kenaikan double digit dari divisi makanan, di antaranya yaitu dari produk bihun 43,7% menjadi Rp 522 miliar. "Ini bukti nyata bahwa Bihunku mulai populer," kata dia.
Penjualan biskuit tumbuh 136,2%. Penjualan mi kering tumbuh 61,7%. AISA masih mempunyai potensi lebih besar untuk memperluas produknya dengan mengeluarkan beberapa rasa baru untuk bersaing dengan merek lain.
Para analis sepakat merekomendasikan beli saham AISA. Marlene mematok target harga di Rp 2.500 per saham. Sedang target harga Edward di Rp 2.600 dan target harga Stella di Rp 2.500 per saham. Rabu lalu (31/5), harga AISA masih sebesar Rp 2.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News