Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) akan memperkuat jangkauan penjualan batubara di Asia Tenggara. ADRO memiliki peluang lebih besar untuk memasok batubara ke negara Gajah Putih setelah perusahaan listrik milik pemerintah Thailand, Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT) resmi menguasai 11,53% saham PT Adaro Indonesia Tbk.
Garibaldi Thohir, Direktur Utama ADRO, mengatakan, EGAT berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 5.000 megawatt (MW) di kawasan Thailand bagian selatan. Dengan kapasitas itu, pasokan batubara yang dibutuhkan bisa mencapai 25 juta ton.
Garibaldi bilang, EGAT sedang banyak ekspansi PLTU di wilayah selatan, dekat dengan lokasi tambang Adaro. "Sehingga, bisa saja nanti Adaro ikut memasok batubara ke proyek tersebut," kata dia, akhir pekan lalu.
Masuknya EGAT sebagai salah satu pemegang saham Adaro Indonesia memang tidak membuat ADRO wajib memasok batubara ke perusahaan BUMN Thailand itu. "Nanti akan tergantung kondisi pasar juga. Kalau harganya cocok, kami akan jual ke sana," imbuh Garibaldi.
Selain sinergi jual beli batubara, ADRO juga berpeluang mendapat posisi finansial yang lebih kuat untuk ekspansi. EGAT pun bisa berkontribusi pada rencana proyek listrik ADRO selanjutnya. "Kalau EGAT mau bekerja sama di proyek listrik ADRO, kami sangat terbuka," kata Garibaldi.
Seperti diketahui, EGAT membeli saham Adaro Indonesia melalui proses rights issue 57.857 saham baru, atau 11,53% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dana yang dihimpun dari rights issue tersebut mencapai US$ 325 juta. EGAT akan membayarnya secara bertahap.
Garibaldi bilang, selain tetap fokus memenuhi pasokan batubara di pasar domestik, ADRO juga akan menambah penjualan ke negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand, Korea dan Filipina, dalam jangka panjang. ADRO pun akan mengurangi ekspor ke India, China dan Eropa. "Lebih strategis menyuplai ke kawasan Asia Tenggara dan harganya lebih menjamin. Kalau ke India dan China juga ada kompetitor dari Australia," tandas dia.
Per kuartal tiga 2016, pasar ekspor ADRO masih didominasi India, China dan Jepang. Komposisi ekspor ADRO berkontribusi 74% terhadap total penjualannya.
Tahun ini, ADRO menyiapkan belanja modal US$ 200 juta hingga US$ 250 juta. ADRO akan menggunakan belanja modal untuk menjaga produksi di level 52 juta ton hingga 54 juta ton pada tahun ini. Sepanjang 2016, ADRO memproduksi 52,64 juta ton batubara, naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya.
Janeman Latul, Analis CLSA, mengatakan, prospek ADRO masih menjanjikan. Pasalnya penjualan batubara ADRO tahun lalu lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi analis. Menurut dia, posisi ADRO akan semakin kuat dengan diversifikasi bisnisnya di proyek PLTU dan bisnis baru coking coal di Kalimantan Tengah.
Ia memperkirakan, pendapatan ADRO bisa mencapai US$ 3 miliar tahun ini, naik dari estimasi 2016 sebesar US$ 2,4 miliar. Laba bersih ADRO diprediksi meningkat hingga US$ 384 juta dibandingkan tahun lalu US$ 257 juta. Janeman merekomendasikan buy saham ADRO dengan target harga Rp 2.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News