Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Sesudah mengamankan pendanaan untuk membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 megawatt, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus melanjutkan ekspansi bisnisnya. Proyek pembangkit listrik masih memikat perusahaan batubara ini.
Boy Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO mengatakan, bahwa saat ini ADRO tengah membidik beberapa proyek power plant untuk mendukung program PLTU 35.000 megawatt. Dia mengincar pembangunan pembangkit di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Jawa menjadi incaran perusahaan.
Proyek di Kalimantan Selatan berkapasitas 2 x 100 megawatt, PLTU Jawa I berkapasitas 2 x 800 megawatt, dan PLTU Sumatera Selatan IX dan X berkapasitas 2 x 600 megawatt.
Untuk memperkuat ekspansi, tahun ini ADRO menargetkan belanja modal atau capital expenditure sebesar US$ 75 juta hingga US$ 100 juta.
Sebab, untuk membangun satu PLTU saja dibutuhkan investasi senilai US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta untuk setiap 1 megawatt.
"Pendanaan ada sebagian dari ekuitas sendiri dan kami pinjam. Ekuitas kami bisa menjembatani 20% dari pendanaan," ujarnya di Jakarta, Kemarin (9/6).
Menurutnya, untuk sukses di bisnis power plant, ADRO memang harus merogoh modal yang besar.
Oleh karena itu, untuk jangka panjang pihaknya menargetkan investasi lebih dari US$ 40 miliar untuk bisa bertahan di industri ini. Bahkan salah satu opsi yang menarik bagi ADRO adalah mendorong anak usahanya Adaro Power untuk melakukan mekanisme initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kami tidak akan sepenuhnya dari kas internal. Bisa cari partner karena memang harus hati-hati, karena risikonya tinggi," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News