Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Adaro Enery Tbk (ADRO) memutar otak mencari peluang pertumbuhan di tengah lesunya pasar komoditas tahun ini. Terbaru, Adaro melakukan aksi korporasi dengan mengakuisisi 75% saham milik PT IndoMeat Coal (IMC) dari BHP Biliton.
Akuisisi perusahaan asal Asutralia ini menjadikan Adaro mengelola tujuh tambang. Enam di antaranya merupakan tambang coking coal.
Boy Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO mengatakan, permintaan coking coal lebih tinggi dibandingkan batubara biasa atau thermal coal yang juga memakan biaya overburden lebih besar. Biaya pengupasan lahan penutup ini di Adaro sudah memakan 25% dari ongkos produksi.
"Untuk ADRO, ini sangat stratgeis karena sebelumnya saham kami 25% dan sekarang 100%. Kami harus bisa buktikan bisa kelola coking coal," ujarnya di Jakarta, kemarin (9/6).
ADRO mengakuisisi 75% saham IMC dengan nilai yang fantastis US$ 120 juta atau setara dengan Rp 1,59 triliun dengan kurs tengah BI senilai Rp 13.231 per dollar AS. Duitnya berasal dari kas internal.
Akuisisi ini terbilang murah, di tengah pudarnya pamor komoditas batubara. Bagi ADRO yang tengah menggarap bisnis pembangkit listrik dan membutuhkan pasokan batubara, pembelian ini menguntungkan. Pasalnya, sebelumnya untuk menguasai 25% saham IMC di tahun 2010 saja, ADRO harus menggelontorkan dana tak kurang dari US$ 400 juta.
"Kalau coking coal itu di tahun 2010-2011, waktu booming harganya bisa US$ 250 per ton, kalau thermal coal tertingginya hanya US$ 150. Sekarang harga keduanya jeblok, Coking coal di level US$ 80 hingga US$ 85, sedangkan thermal coal hanya US$ 40 hingga US$ 50," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News