Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan sinyal resesi. Yield US Treasury tenor dua tahun berada di level 4,33% lebih tinggi dibandingkan Yield US Treasury tenor 10 tahun yang ada di 3,83% pada Rabu (28/12) pukul 20.39 WIB.
Kondisi yield US Treasury jangka pendek yang lebih besar ketimbang jangka panjang ini disebut dengan inverted yield curve. Dalam kondisi normal, yield surat utang tenor pendek seharusnya lebih kecil ketimbang tenor panjang.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan inverted yield curve berarti yield berlawanan arah dari harga. Kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya.
"The Fed memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5%-5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024. Bank sentral tetap berkomitmen menaikkan suku bunga sampai inflasi menurun," kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (28/12).
Baca Juga: Terjadi Inverted Yield Curve US Treasury, Simak Tips Berikut
Sebagai informasi, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan ini menjadi 4,25%-4,5%. Kenaikan tersebut lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 bps selama empat kali berturut-turut.
Reza mengatakan investor masih mencerna pernyataan The Fed yang masih akan bersikap hawkish hingga tahun depan. Dia menambahkan, inflasi AS masih berada di kisaran tinggi sehingga langkah The Fed yang akan meningkatkan suku bunga acuan masih menjadi perhatian pasar.
Menurut Reza, fluktuasi pasar obligasi masih akan terjadi dalam jangka pendek. Dia melihat potensi trading obligasi di kisaran yield surat utang negara (SUN) 7,10%-7,40%. Pada hari ini, yield SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0091 berada di 6,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News