Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil surat utang negara Amerika Serikat (AS) US Treasury tenor dua tahun lebih tinggi ketimbang US Treasury tenor 10 tahun. Kondisi yang disebut dengan inverted yield curve ini berpotensi mempengaruhi pasar obligasi negara berkembang.
Sebagai informasi, Rabu (28/12) pukul 20.39 WIB yield US Treasury tenor dua tahun berada di level 4,35%. Sedangkan yield US Treasury tenor 10 tahun berada di 3,83%.
Henry Buntoro, CFA, Head of Fixed Income STAR Asset Management mengatakan, inverted yield curve adalah kondisi dimana ketika yield tenor jangka panjang lebih rendah dibandingkan dengan yield tenor jangka pendek.
"Inverted yield dianggap sebagai sinyal yang kuat bahwa akan terjadinya resesi ekonomi di suatu negara. Inverted yield yang terjadi di pasar obligasi AS menunjukkan bahwa akan terjadi resesi di Amerika Serikat," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (28/12).
Baca Juga: CDS Indonesia Meningkat di Pengujung 2022, Simak Penyebabnya
Menurut Henry, kondisi resesi ini disebabkan oleh kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan oleh bank sentral AS Federal Reserve dalam upaya menekan tingginya inflasi. Ekspektasi resesi di AS dapat menyebar ke negara-negara lain dan akan mengakibatkan para investor lebih berhati-hati dan menghindari investasi yang berisiko.
Henry menyebut apabila ekspektasi resesi diperkirakan berlanjut lama, maka tekanan pun akan terjadi pada pasar obligasi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Henry menyarankan investor untuk berhati-hati terutama pada instrumen investasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang bisnisnya mengalami efek negatif langsung dari perlambatan ekonomi AS dan global.
Walaupun ekonomi AS akan mengalami resesi, Henry optimistis pemulihan ekonomi di Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2023. "Indonesia akan memulai tahapan Pemilu 2024 yang akan berakibat positif terhadap konsumsi domestik Indonesia," tutur dia.
Henry menyarankan investor untuk mendiversifikasi aset-aset investasi dan melakukan investasi dengan time horizon jangka menengah atau panjang. Dalam jangka pendek berpotensi terjadi koreksi akibat sentimen global. Tapi dengan kondisi domestik Indonesia yang membaik, pasar obligasi Indonesia diperkirakan akan dapat tetap memberikan return positif dalam jangka menengah dan panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News