Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan kebijakan domestic market obligation (DMO) minyak sawit sebesar 20% dari total volume ekspor. Hal ini dilakukan demi memastikan pasokan minyak sawit sebagai bahan baku minyak goreng dalam negeri tercukupi.
Namun, tak semua emiten penghasil CPO akan terkena dampaknya, salah satunya yakni PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menyebut, sebanyak 100% penjualan LSIP saat ini ditujukan untuk pasar domestik.
“Jadi seharusnya penjualan LSIP tidak terpengaruh dengan kebijakan DMO,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Rabu (2/2).
Mengutip laporan keuangan, emiten dengan nama beken Lonsum ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,34 triliun per kuartal III-2021. Jumlah ini naik 46,46% dari pendapatan di periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 2,27 triliun.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Ramayana Lestari (RALS) di Tengah Lonjakan Kasus Omicron
Secara rinci, produk kelapa sawit seluruhnya dijual ke pasar domestik, yang nilainya mencapai Rp 3,15 triliun. LSIP hanya mencatatkan penjualan ekspor terhadap komoditas karet (rubber), yakni senilai Rp 96,95 miliar.
Secara sektoral, Timothy melihat harga komoditas CPO tahun ini masih cukup menarik. Estimasi dia, rerata harga CPO di tahun 2022 berada di rentang MYR 5.000. Asumsi ini diambil dengan melihat adanya rencana kebijakan DMO 20% yang akan mempengaruhi pasokan dan juga masih kurangnya tenaga kerja di Malaysia.
Pada Oktober 2021, LSIP mengumumkan berdirinya satu pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Kalimantan Timur dengan kapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) atawa fresh fruit bunch (FFB) per jam. PKS tersebut merupakan pabrik kedua di Kalimantan Timur, dengan total 13 PKS di seluruh Indonesia dan total kapasitas olah 2,8 juta ton TBS/tahun.
Dibangunnya PKS tersebut mempertimbangkan tanaman sawit di sekitar yang sudah mulai memasuki usia menghasilkan, serta adanya supply dari TBS eksternal setempat. Timothy mengekspektasikan adanya peningkatan produksi TBS total di 2022 seiring dengan tren pertumbuhan.
Panin Sekuritas masih mempertahankan outlook positif untuk LSIP, didukung oleh harga CPO global yang masih akan tinggi, serta tren peningkatan penjualan. Namun, umur tanaman milik LSIP yang relatif tua mengakibatkan proyeksi CPO extraction rate lebih rendah ke depannya.
Baca Juga: Penghuni Indeks High Dividend 20 Dikocok Ulang, Begini Rekomendasi Saham dari Analis
Tahun ini, Panin Sekuritas memproyeksikan LSIP akan membukukan pendapatan senilai Rp 4,41 triliun dengan laba bersih Rp 809 miliar.
Timothy mempertahankan rekomendasi beli saham LSIP namun dengan menurunkan target harganya menjadi Rp 1.550, dari target harga sebelumnya diDMO kelapa sawit dinilai tak berdampak ke kinerja Lonsum (LSIP) Rp 1.800.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News