kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,10   3,50   0.39%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada Potensi Peralihan dari Obligasi Negara ke Obligasi Korporasi, Ini Sebabnya


Rabu, 05 Juni 2024 / 19:51 WIB
Ada Potensi Peralihan dari Obligasi Negara ke Obligasi Korporasi, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Ada potensi peralihan pemilihan portofolio dari obligasi pemerintah ke obligasi korporasi.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada potensi peralihan pemilihan portofolio dari obligasi negara ke obligasi korporasi. Imbal hasil yang lebih tinggi menjadi pendorongnya.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, potensi pergeseran investasi dari obligasi negara ke obligasi korporasi di tahun 2024 cukup signifikan.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan, penerbitan obligasi korporasi akan meningkat, dengan jumlah yang bisa mencapai antara Rp 148,15 triliun hingga Rp 169,05 triliun, dengan titik tengah di angka Rp 155,46 triliun. Ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2023 yang hanya sekitar Rp 130,8 triliun.

"Lalu, prospek imbal hasil investasi pada obligasi korporasi tahun ini terlihat positif," kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).

Baca Juga: Imbal Hasil Unitlink Saham Alami Penurunan 3,32% hingga Mei 2024

Mandiri Sekuritas memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi korporasi akan lebih menarik dibandingkan tahun sebelumnya dengan potensi return investasi sekitar 9,8%. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun, diperkirakan akan turun ke level 5,9% atau berada di kisaran 5,8%-6%.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto juga menilai ada potensi pergeseran tersebut. Sebab, kemungkinan pasar melihat saat ini sebagai titik entri untuk masuk seiring dengan harga surat utang korporasi yang terdiskon.

Kenaikan suku bunga terakhir mendorong naik yield surat utang acuan, mendorong naik kupon surat utang korporasi yang dibayarkan beserta yield surat utang korporasi. Karena berhubungan terbalik, kenaikan yield tersebut berarti penurunan harga.

"Oleh karena itu, beberapa investor melihat saat ini sebagai momen tepat untuk beralih ke pasar obligasi korporasi," kata Suhindarto.

Darto mencermati, potensi imbal hasil obligasi korporasi akan tetap tinggi, setidaknya sampai sinyal pemangkasan suku bunga menjadi lebih jelas. Setelah itu, dia melihat yield benchmark akan cenderung turun, sehingga berdampak pada pricing yang lebih rendah di pasar obligasi.

Baca Juga: Nyaris Tembus Rp 16.300 Per Dolar AS, Begini Proyeksi Rupiah di Hari Kamis (6/6)

Per 31 Mei 2024, peringkat AAA tenor 3 tahun menawarkan premi 59 bps lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah, tidak berubah dibandingkan dengan akhir Maret 2024. Adapun yield di level 7,37%

Sementara itu, peringkat AA dan A menawarkan premi 114 bps dan 293 bps, juga relatif stabil dibandingkan dengan Maret, masing-masing berada di 115 bps dan 290 bps. Yield keduanya di level 7,93% dan 9,72%.

Sebaliknya, premi peringkat BBB naik dari 453 bps menjadi 461 bps. Adapun yield berada di level 11,31%.

"Kami lihat, meski premi cukup tinggi untuk peringkat BBB, namun relatif lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga akibat dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan peringkat di atasnya, tercermin dari kenaikan premi risiko yang lebih besar," kata dia.

Darto juga mengingatkan, kenaikan imbal hasil turut mendorong kenaikan risiko. Risikonya dari melemahnya permintaan terhadap produk akibat suku bunga tinggi dan suku bunga tinggi juga meningkatkan leverage keuangan dari emiten, yang mana mengindikasikan potensi risiko keuangan yang lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×