Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah berupaya menyehatkan kembali kondisi keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Jika memungkinkan, pemerintah akan menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi WSKT.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyebut pendanaan Waskita masih sangat terbatas karena itu Kementerian BUMN sedang melakukan restrukturisasi uang pada emiten konstruksi ini.
"Karena beberapa tol memang belum selesai ada Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung, Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, hingga Tol Becakayu," tutur Tiko dalam rapat kerja bersama DPR Komisi VI, Senin (13/2).
Baca Juga: Wamen BUMN: IPO Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Ditargetkan Rampung Akhir Februari
Adapun WSKT tengah menghadapi risiko obligasi jatuh tempo senilai Rp 2,3 triliun pada Februari ini. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kesiapan dana WSKT untuk melunasi obligasi tersebut.
Malah WKST akan menggelar Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) untuk Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun 2018 dengan agenda perubahan perjanjian perwaliamanatan, mengenai tanggal pelunasan pokok obligasi dan jadwal pembayaran bunga obligasi.
Dengan agenda yang sama, WKST juga akan melaksanakan RUPO untuk Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2018, Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2019 dan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2020.
Baca Juga: Erick Thohir Perkirakan Laba Konsolidasi BUMN Tembus Rp 303,7 Triliun pada 2022
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat utang Waskita dari BBB ke BBB-. Pefindo juga merevisi prospek peringkat Waskita dari stabil menjadi creditwatch dengan implikasi negatif.
Pria yang akrab dipanggil Tiko bilang kontribusi dari bisnis baru Waskita masih sangat terbatas. Untuk itu pihaknya menilai program restrukturisasi lanjutan perlu dilakukan termasuk obligasi.
"Kami sedang berusaha untuk bisa negosiasi. Apabila ada ruang penambahan PMN, kami akan mengutamakan Waskita Karya dan Hutama Karya," ucap Tiko.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Kesulitan Bayar Utang, Ini yang Perlu Dilakukan Investor
Sementara itu, Chief Executive Officer Edvisor.id Praska Putrantyo mencermati kesulitan pembayaran ini disebabkan oleh kondisi sektoral perusahaan yang tidak kondusif. Akibatnya kinerja emiten terkena dampak.
"Sebagai konsekuensi emiten yang strateginya mengandalkan leverage untuk mempercepat bisnis menjadi boomerang dan terkendala," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (12/2).
Praska menyarankan bagi investor yang lebih konservatif untuk lebih berhati-hati dan mencermati kinerja keuangan emiten ke depannya. Setidaknya sampai utang-utangnya selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News