kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada kekhawatiran taper tantrum, apakah ini saatnya beralih ke saham defensif?


Selasa, 13 April 2021 / 18:27 WIB
Ada kekhawatiran taper tantrum, apakah ini saatnya beralih ke saham defensif?
ILUSTRASI. Sentimen lemahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2021 Indonesia sedang priced ini ke IHSG.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Taper tantrum atau kondisi pasar yang bergejolak ketika bank sentral mulai mengetatkan kebijakan kini menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Kondisi ini pernah terjadi pada 2013.

Kondisi ini biasanya terjadi setelah adanya krisis ekonomi di mana Federal Reserve melakukan quantitative easing (QE) untuk meningkatkan likuiditas di pasar. Namun saat ekonomi mulai pulih, The Fed bakal mengurangi nilai pembelian aset tersebut, yang kemudian bisa memicu penguatan dolar Amerika Serikat (AS). 

Saat kondisi taper tantrum terjadi, biasanya saham defensif menjadi pilihan investor masuk dalam racikan portofolionya. SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menegaskan potensi taper tantrum masih terlalu jauh untuk dibicarakan.

Pasalnya The Fed sudah berulang kali menyatakan suku bunga rendah masih berlaku hingga 2021. Sehingga fondasi pasar keuangan global saat ini dinilai masih bagus karena The Fed masih menjadi backstop alias melakukan program pembelian aset sebesar US$ 120 miliar hingga waktu yang belum ditentukan. 

Baca Juga: Memitigasi Risiko Taper Tantrum

"Saat ini sentimen lemahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2021 Indonesia sedang priced ini ke IHSG. Efikasi vaksin Sinovac juga menjadi sentimen negatif. Namun downside IHSG sudah terbatas karena masih ada ekstra likuiditas di pasar," kata Janson kepada Kontan.co.id, Selasa (13/4). 

Janson pun memprediksi IHSG masih akan membentuk new high dengan prediksi pergerakan di kisaran 6.800. Hal ini didukung supersiklikal komoditas yang diprediksi akan mendukung perekonomian Indonesia terutama komoditas sawit, nikel, tambang, dan timah. Rendahnya suku bunga dan permintaan atas energi terbarukan bakal menjadi penopang supersiklikal yang akan menguntungkan ekonomi Indonesia. 

Dus, Janson menyarankan investor untuk fokus pada sektor perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan komoditas didukung oleh potensi akselerasi vaksinasi di semester dua yang akan membuka ekonomi secara keseluruhan. "Jadi ini artinya sektor defensif tidak termasuk," kata dia. 

Untuk sektor defensif, Janson menilai saham UNVR masih menarik dengan support Rp 6.200 dan target harga Rp 8.100. Terutama karena sektor defensif non-rokok bisa digunakan untuk menyeimbangkan portofolio growth-stock.

Baca Juga: IHSG diprediksi teknikal rebound pada perdagangan Rabu (14/4)

Baca Juga: Ini kata analis soal saham defensif dengan valuasi menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×