kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ini kata analis soal saham defensif dengan valuasi menarik


Selasa, 13 April 2021 / 17:40 WIB
Ini kata analis soal saham defensif dengan valuasi menarik
ILUSTRASI. Investor melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (27/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/01/2021.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam tiga bulan terakhir berada dalam tren penurunan. Per Selasa (13/4) IHSG tercatat telah menyusut 3,68% ke level 5.927,43.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menjelaskan dalam jangka pendek pergerakan IHSG masih akan cukup tertekan. 

Selain itu derasnya dana keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) serta nilai transaksi harian yang terus turun menandakan investor saat ini lebih memilih instrumen investasi lain. Selain itu, belum adanya sentimen positif baru yang cukup kuat mengangkat IHSG menambah tren penurunan bursa saham dalam negeri.

Baca Juga: IHSG dibayangi antisipasi pelaku pasar terhadap data inflasi AS

Dengan kondisi tersebut, sebenarnya Anggaraksa melihat IHSG masih memiliki peluang untuk tumbuh di 2021 namun perlu diwujudkan dengan realisasi pemulihan ekonomi. 

"Untuk mewujudkan hal ini, tidak bisa lagi hanya mengandalkan euforia atau ekspektasi semata seperti tahun lalu. Pemulihan ekonomi yang diharapkan tahun ini harus benar-benar terealisasi," jelas Anggaraksa, Selasa (13/4). 

Dus, bukan tidak mungkin juga bahwa ketidakpastian pasar saham akan kembali meningkat. Di kondisi seperti inilah saham-saham defensif menjadi pilihan yang menarik karena karakteristik saham ini cenderung kebal terhadap kondisi ekonomi yang kurang baik. Hal ini tercermin dari pendapatan dan laba yang stabil di 1010 meski di tengah pandemi dan resesi. 

Namun salah satu yang perlu dicermati oleh investor adalah saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang masuk dalam kategori defensif. Pasalnya saham ini dalam tren penurunan dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data RTI Selasa (13/4) dalam lima tahun terakhir UNVR telah turun 19,16%. Penurunan paling dalam terlihat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu 43,92%. 

Baca Juga: Enam emiten ini bakal tebar dividen, mana yang paling atraktif?

Anggaraksa menjelaskan, khusus untuk saham UNVR penurunan lima tahun terakhir tersebut terjadi setelah tren kenaikan panjang selama lebih dari dua dekade. 

"Secara valuasi saham ini memang dikenal termasuk kategori premium, meski dapat dijustifikasi dengan tingkat ROE yang berada di atas level 100% serta dividen yang rutin. Untuk itu, saham ini memang lebih cocok bagi investor yang memiliki jangka waktu investasi panjang lebih dari 5 tahun," jelasnya. 

Lebih lanjut, investor dapat menggunakan rasio price earning ratio (PER) sebagai indikator valuasi di sektor barang konsumer. Dengan laba yang cenderung stabil, maka ketika terjadi penurunan harga saham PER akan menjadi murah atau atraktif.  

Anggaraksa menyebutkan saham defensif lain yang masih memiliki valuasi menarik yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Saham ini dinilai atraktif dengan PER 15 kali. 

Selanjutnya: Waskita Karya (WSKT) kembali divestasi dua ruas tolnya, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×