kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

6 Perusahaan Akan IPO Saham Awal 2024, Cek Saham Prospek Bagus Atau Perlu Dihindari


Selasa, 19 Desember 2023 / 07:32 WIB
6 Perusahaan Akan IPO Saham Awal 2024, Cek Saham Prospek Bagus Atau Perlu Dihindari
ILUSTRASI. 6 Perusahaan Akan IPO Saham Awal 2024, Cek Saham Prospek Bagus Atau Perlu Dihindari


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak tujuh perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) pada awal 2024. IPO saham apa yang memiliki prospek bagus untuk investasi?

Dari tujuh perusahaan yang akan IPO saham tersebut, enam diantaranya telah menggelar penawaran awal atau bookbuilding.

Berdasarkan situs resmi BEI, enam perusahaan yang akan IPO saham pada Januari 2024 tersebut bergerak di berbagai sektor. Berikut daftar perusahaan yang akan IPO saham awal tahun 2024 dan sedang menjalani bookbuilding:

  • PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) bergerak di bidang infrastruktur.
  • PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) bergerak di bidang infrastruktur
  • PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) bergerak di bidang sektor basic materials.
  • PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) bergerak di bidang sektor basic materials
  • PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) bergerak di bidang energi
  • PT Samcro Hyosung Adilestasi Tbk (ACRO) bergerak di bidang consumer cyclicals

Direktur Investment Banking MNC Sekuritas Heri Herdiyanto mengatakan di sisa tahun ini memang akan ramai perusahaan yang melakukan bookbuilding dan offering di awal Januari 2024.

"Ini mengingat masa berlaku laporan keuangan Juni akan habis di Desember sehingga beberapa calon emiten melakukan bookbuilding di Desember," kata dia kepada Kontan.co.id belum lama ini. 

Adapun para calon emiten tersebut berasal dari sektor dan bisnis yang beragam. Kebanyakan calon emiten berasal dari sektor konstruksi dan sisanya ada dari sektor bahan baku dan energi. 

Dalam hitungan Kontan.co.id, ada ada sejumlah saham yang menawarkan valuasi murah dari segi indikator price to book value (PBV) maupun price to earning ratio (PER).

Ada PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) yang memiliki PBV di kisaran 1,33 kali–1,60 kali. Tetapi perusahaan konstruksi ini memiliki PER sebesar 29,07 kali–37,80 kali. 

Kemudian ada PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MJSA) yang menawarkan PER dan PVB rendah. Perhitungan Kontan.co.id, proyeksi PER MJSA di 13,79 kali–19,31 kali dengan PBV di 1,31 kali–1,70 kali. 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan sektor gelaran IPO dari sektor konstruksi masih menarik untuk dicermati. Ini mengingat pembangunan infrastruktur tengah digenjot. 

"Untuk saat ini, sektor infrastruktur momentumnya masih sangat kuat sekarang," kata dia Senin (18/12). 

IPO sebagai exit strategy

Jika dicermati diantara 7 perusahaan yang akan menggelar penawaran umum di awal tahun depan, ada satu calon emiten yang memilih struktur IPO berbeda.

Perusahaan itu ialah PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE). NICE menawarkan sebanyak-banyaknya 1,21 miliar saham dengan nominal Rp 10 per saham.

Menariknya, seluruh saham yang ditawarkan itu merupakan saham divestasi milik PT Sungai Mas Minerals (SMM) dan PT Inti Mega Ventura (IMEV). 

Nilai IPO NICE mencapai Rp 644,69 miliar. Sayangnya, tak sepeser pun dana akan masuk ke kantong perusahaan nikel itu, tetapi masuk ke pemegang saham lama. 

Baca Juga: Prospek Sektor Barang Baku Masih Jitu, Simak Saham Pilihan Analis

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengatakan pada beberapa tahun silam, jarang sekali otoritas mengizinkan struktur IPO seperti itu. 

Dengan struktur yang ditawarkan NICE, Budi menilai seharusnya investor tidak tertarik. Pasalnya, ada risiko yang membayangi investor terutama dari sisi keberlanjutan NICE. 

"Risikonya lebih besar datang dari business sustainability serta kualitas perusahaan. Investor harus teliti sebelum membeli, harus benar-benar perhatikan," kata dia. 

Setali tiga uang, Arjun juga menilai perusahaan seperti NICE sebaiknya dihindari. Mengingat prospek underlying, yakni nikel masih mengalami tekanan yang berkaca dari pergerakan saham ANTM dan INCO. 

"Jadi mungkin lebih baik dihindari," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×