Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama hampir 3 tahun kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), analis melihat ada pertumbuhan yang relatif bagus di pasar modal dalam negeri. Meski pertumbuhan ekonomi cenderung flat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kuat untuk mencatat kenaikan.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjabarkan, di tahun 2010-2013 IHSG rata-rata tumbuh sekitar 9% per tahun. Sedangkan di era Jokowi-JK, yakni setelah tahun 2014, Alfred mencatat pertumbuhan IHSG rata-rata 11% per tahun.
Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tiga tahun sebelum Jokowi-JK menjabat tercatat lebih tinggi. “Yang menarik di 2010-2013 pertumbuhan ekonomi relatif cukup tinggi sekitar 6%, berbeda di era Jokowi yang tercatat sebesar 5,2% paling tinggi 2014,” ujar Alfred, Selasa (17/10).
Pertumbuhan IHSG ini, nyatanya juga diiringi dengan kenaikan nilai transaksi. Di tahun 2013 Alfrred mencatat transaksi saham hanya mencapai Rp 4 triliun–Rp 5 triliun. Sementara saat ini transaksi sudah mencapai angka Rp 7 triliun. "Artinya kenaikan ini riil, bukan karena market manajemen," ujar Alfred.
Kondisi ini terbilang unik menurut Alfred. Mengingat, pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan IHSG. Dalam hal ini Alfred melihat adanya kepercayaan yang kuat dari investor soal prospek pasar maupun kinerja emiten.
Meski demikian, Alfred melihat adanya ekspektasi pasar yang masih belum terpenuhi di era Jokowi-JK. Salah satunya adalah angka pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya. Salah satu faktor pemicunya adalah angka belanja infrastruktur yang cukup berat.
"Pasar menyadari konsekuensi ketika anggaran infrasturktur naik signifikan, maka butuh pendanaan signifikan. Untuk memenuhinya butuh waktu yang cukup panjang," tutur Alfred.
Selain itu, menurut Alfred, pasar juga masih menunggu realisasi dan hasil dari paket kebijakan ekonomi yang telah dirancang Jokowi. "Kebijakan sudah ke-16, tapi belum ada yang bisa menghasilkan value added. Memang pasar melihat PR Jokowi banyak. Tapi pasar ada batasan waktu juga. Kalau proses ini masih belum bisa terlaksana rill di 2019, confidence pasar pasti akan turun," tutur Alfred.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News